SIAPKAN MASA DEPAN
CERAH BAGI BAYI YANG LAHIR DENGAN
GANGGUAN PENDENGARAN ATAU KETULIAN
Oleh : dr. TITUS
TABA, SpTHT-KL
Ketua Komite Daerah
Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian Propinsi Papua Barat.
“ Mempersiapkan masa
depan yang cerah bagi bayi yang lahir dengan gangguan pendengaran atau ketulian, merupakan
tanggung jawab bersama dari orang tua/keluarga, tenaga kesehatan, organisasi kemasyarakatan, swasta dan pemerintah“
PENDAHULUAN
Minggu
yang lalu - tepatnya tanggal 25 Februari 2016 - Komite Daerah Penanggulangan
Gangguan Pendengaran dan Ketulian (Komda PGPKT) Sorong telah melaksanakan
“Simposium dan Pelatihan Deteksi Dini Gangguan Pendengaran dan Ketulian Pada
Bayi Baru Lahir” bagi para dokter, bidan dan perawat se-Sorong Raya, dengan
sukses.
Kegiatan
tersebut boleh dikatakan berhasil karena dapat menghimpun sekitar 329 tenaga
kesehatan ( dokter, bidan, perawat dan mahasiswa ) se-Sorong Raya, untuk
mengikuti Simposium dan Pelatihan dengan narasumber para pakar dari Jakarta,
Bandung, Surabaya dan Sorong. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan ini tidak
terlepas dari dukungan banyak pihak antara lain, IDI Cabang Sorong, Komite
Nasional PGPKT Pusat, Komda PGPKT Propinsi Papua Barat, BPJS Sorong, PKK
Kabupaten Sorong, Pemerintah Kabupaten Raja Ampat, RSUD Kabupaten Sorong, RSU
Sele Be Solu Kota Sorong, RSU Kasih Herlina Sorong, IBI Sorong, PPNI Sorong,
pihak swasta, peserta simposium dan pelatihan serta orang tua.
Dukungan
dari berbagai kalangan ini menunjukkan bahwa masalah deteksi dini gangguan
pendengaran dan ketulian pada bayi lahir tuli, merupakan tanggung jawab bersama
yang harus dimulai sebagai suatu gerakan kepedulian. Tanggung jawab kita
bersama menyiapkan para dokter, bidan, perawat di fasilitas kesehatan tingkat
pertama bahkan orang tua/keluarga penderita sendiri, untuk dapat melaksanakan deteksi dini
gangguan pendengaran atau ketulian pada bayi baru lahir agar bayi yang
mengalami gangguan pendengaran dan ketulian tidak terlambat penanganannya.
Bayi yang beresiko mengalami
gangguan pendengaran atau ketulian sejak lahir, harus menerima tes skrining
pendengaran dini, segera setelah lahir. Hal ini penting untuk mengetahui apakah
bayi mengalami gangguan pendengaran atau ketulian sehingga penanganan dini
dapat dilakukan, dan diharapkan bayi tumbuh optimal, karena masalah pendengaran
dapat menunda perkembangan suara, bicara, dan kemampuan bahasa bayi.
Mendengar juga memungkinkan bayi untuk
belajar bahasa dan merangsang perkembangan otaknya. Karena hal itu menjadi
begitu penting untuk mengenal dan mengatasi masalah pendengaran sedini mungkin.
(Widodo Judarwanto).
PROSES MENDENGAR
Kapan proses mendengar dimulai? Sebenarnya sudah terjadi
saat bayi masih dalam kandungan dan segera setelah bayi dilahirkan. Bayi sudah
dapat memberikan reaksi terhadap bunyi yang keras seperti terkejut, kedipan
mata, berhenti menyusui, terbangun dari tidur ataupun menangis, tetapi saat itu
bayi belum dapat menentukan dari mana asal bunyi tersebut. (Mitra Keluarga)
Kemampuan mendengar bayi akan menjadi salah satu “bekal”
baginya untuk belajar bicara. Apa yang mampu didengarnya, ikut menentukan apa
yang mampu dikatakannya. (Ayah Bunda)
Fungsi pendengaran pada bayi sangat penting. Dia akan
menggunakan pendengarannya untuk memahami dan belajar untuk berkomunikasi
dengan dunia di sekelilingnya. Beberapa bayi lahir dengan gangguan pendengaran.
Anak-anak lain yang lahir dengan pendengaran normal , bisa memiliki masalah
pendengaran saat mereka tumbuh dewasa. Bayi menggunakan telinga mereka untuk
menerima sejumlah besar informasi tentang dunia di sekitarnya. (Widodo
Judarwanto)
PERKEMBANGAN NORMAL FUNGSI
PENDENGARAN BAYI
1.
Dalam
Kandungan
Perkembangan pendengaran sebagian
besar terjadi di dalam rahim. Telinga bagian dalam bayi sepenuhnya berkembang
pada minggu ke-20 kehamilan, dan kemampuan untuk mendengar sepenuhnya
dikembangkan pada saat lahir. Sementara dalam rahim, bayi Anda bisa mendengar
detak jantung ibu, perut ibu keroncongan dan darah bergerak melalui tali pusat.
Bayi Anda mungkin bahkan telah dikejutkan oleh suara keras
2.
Bayi
Baru Lahir
Sejak lahir bayi Anda akan
memperhatikan suara dan suara, terutama yang bernada tinggi. Dia juga akan
merespon suara akrab, seperti suara atau lagu ninabobo Anda bermain atau sering
menyanyikannya, atau Anda berbicara atau pasangan Anda. Dia mungkin terkejut
oleh keras atau suara tak terduga.
Bagaimana bayi menanggapi suara
sebagian bergantung pada temperamen. Seorang bayi lebih sensitif dapat melompat
pada setiap suara kecil, misalnya, sementara bayi lebih tenang mungkin
memerlukan waktu lebih suara dengan tenang.
3.
Usia
Tiga Bulan.
Pada usia tiga bulan bagian dari
otak bayi Anda yang membantu dengan pendengaran, bahasa dan bau akan lebih
reseptif dan aktif. Ini bagian dari otak bayi Anda disebut lobus temporal. Pada
usia 3 bulan, bayi akan tersenyum saat mendengar suara orang tua, dan bahkan
mungkin mulai mengoceh. Ketika bayi Anda mendengar suara Anda, dia mungkin
melihat langsung pada Anda dan mengerang dalam upaya untuk berbicara kembali.
Mengoceh dan mendengarkan dapat bekerja keras untuk bayi Anda pada tiga bulan.
Jika dia terlihat cara lain atau kehilangan konsentrasi saat Anda berbicara
atau membaca untuknya, itu belum tentu karena dia tidak bisa mendengar Anda.
Dia mungkin hanya memiliki rangsangan yang cukup. Kebanyakan bayi bisa tenang
ketika mereka mendengar suara-suara akrab dan membuat vokal terdengar seperti
ohh. Jangan khawatir jika bayi Anda terkadang terlihat jauh saat Anda sedang
berbicara atau membaca padanya, tapi jangan katakan pada dokter jika dia
tampaknya tidak menanggapi suara Anda sama sekali atau tidak mengagetkan di
suara di lingkungan.
4.
Usia
Empat Bulan.
Pada sekitar 4 bulan, bayi mulai
mencari sumber suara. Dari usia empat bulan bayi Anda akan bereaksi terhadap
suara penuh semangat, dan dia mungkin tersenyum ketika dia mendengar suara
Anda. Dia mungkin mulai menonton mulut Anda serius ketika Anda berbicara, dan
mencoba untuk menyalin Anda dan konsonan mengucapkan terdengar seperti
"m" dan "b". Pada usia 4 bulan, bayi dapat membedakan emosi
dengan nada suara dan menggunakan suara mereka sendiri untuk mengekspresikan
sukacita dan ketidaksenangan. Mereka juga dapat mulai mengenal nama mereka
sendiri dan bahkan mungkin kata "tidak."
5.
Usia
Enam Bulan.
Pada usia enam bulan atau tujuh bulan bayi
Anda akan menyadari di mana suara berasal, dan dia akan berbalik cepat ke arah
yang baru. Dia juga akan mampu merespon suara sangat tenang, asalkan dia tidak
terganggu. Pada usia 6 bulan, bayi Anda mungkin dapat meniru dan mendengar
suara Anda. Saat ia mendekati 10 bulan usia, ia akan merespon namanya atau
suara lain yang dikenal atau kata-kata, seperti telepon. Sudah mulai mencoba
untuk meniru suara.
6.
Usia
8 Bulan.
Pada usia 8 bulan, bayi mulai
mengoceh dan menanggapi perubahan dalam nada suara.
7.
Usia
12 Bulan.
Pada saat bayi Anda berusia satu
tahun, dia akan bisa mengenali lagu favoritnya, dan akan mencoba untuk
bergabung masuk. Sekitar usia 1 tahun, dia akan mampu menunjukkan obyek akrab
dalam sebuah buku ketika ditanya. Pada ulang tahun pertama ini bayi akan mengatakan
kata-kata tunggal seperti "ma-ma" dan "da-da" dan
menanggapi namanyasendiri. (Widodo Yudarwanto)
APA
YANG DAPAT KITA LAKUKAN BILA MENGHADAPI BAYI DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN.
Tentu menjadi sangat penting untuk
mendeteksi secara dini (lebih awal) apakah bayi mengalami gangguan pendengaran.
Bayi yang beresiko mengalami gangguan pendengaran atau ketulian sejak lahir, harus
menerima tes skrining pendengaran dini, segera setelah lahir. Hal ini penting
untuk mengetahui apakah bayi mengalami gangguan pendengaran atau ketulian
sehingga penanganan dini dapat dilakukan, dan diharapkan bayi tumbuh optimal, karena masalah pendengaran
dapat menunda perkembangan suara, bicara, dan kemampuan bahasa bayi.
Menjadi tanggung jawab bersama dari
orangtua/keluarga, tenaga kesehatan, pemerintah dan swasta untuk mempersiapkan
masa depan cerah bagi bayi yang lahir dengan gangguan pendengaran atau
ketulian.
TANGGUNG
JAWAB ORANG TUA/KELUARGA
1. Mengenal
secara dini bayi mengalami gangguan dengar atau tidak, bisa dilakukan secara
sederhana. Ketika orang tua/keluarga mengetahui dengan pasti perkembangan
normal fungsi pendengaran bayi sesuai umurnya (lihat keterangan sebelumnya),
maka orang tua / keluarga bila melihat ada penyimpangan dari perkembangan
normal fungsi pendengaran bayi tersebut, berarti kemungkinan ada gangguan pendengaran.
Bagaimana mengenal gangguan pendengaran pada bayi /
anak
·
Bayi
tidak terkejut ketika ada suara keras
·
Saat
tidur bayi tidak terganggu oleh suara keras/ribut
·
Usia
6 bulan belum mengoceh
·
Anak
dipanggil belum menoleh
·
Belum
dapat berbicara pada usia yang pada umumnya anak seharusnya sudah dapat bicara
·
Anak
hanya menggunakan satu telingannya untuk mendengar
·
Jika
berbicara dengan anak tersebut harus menggunakan suara agak keras / keras
· Adanya
perbedaan perkembangan komunikasi bila dibanding teman sebayanya. (Mitra
Keluarga)
2.
Memberi
dukungan bagi bayi / anak dengan cara membawa bayi/anak ke fasilitas kesehatan
agar dapat diperiksa kesehatan umum
dan pendengarannya, termasuk menyiapkan
dana bagi kelancaran proses pemeriksaan, diagnosa dan penanganannya
3.
Mengikuti
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh BPJS, sehingga dapat
mengurangi beban biaya yang dibutuhkan.
TANGGUNG JAWAB TENAGA KESEHATAN
TANGGUNG JAWAB TENAGA KESEHATAN
1. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan
untuk deteksi dini, diagnosa, penanganan bayi/anak dengan gangguan pendengaran
dan ketulian
2. Mengadvokasi pemerintah daerah
masing-masing untuk menyediakan sarana kesehatan yang mendukung deteksi dini
dan penanganan bayi/anak dengan gangguan dengar
3. Sosialisasi dan edukasi kepada
masyarakat luas.
Karena
diperkirakan sekitar 60 % persalinan ditolong oleh bidan maka para bidan harus
mahir melakukan pemeriksaan secara sederhana untuk mendeteksi apakah bayi lahir
dengan gangguan pendengaran / tuli atau tidak. Demikian juga bila dokter umum
yang menolong persalinan, dapat melakukan pemeriksaan sederhana
CARA SEDERHANA PEMERIKSAAN PENDENGARAN BAYI
Yaitu dengan memberikan bunyi-bunyian pada
jarak 1 m di belakang anak :
1.
Bunyi pss – pss untuk mengambarkan
suara frekwensi tinggi
2.
Bunyi uh – uh untuk mengambarkan
frekwensi rendah
3.
Suara menggesek dengan sendok pada
tepi cangkir (frekwensi 4 KHz)
4.
Suara mengetuk dasar cangkir dengan
sendok (frekwensi 900 KHz)
5.
Suara meremas kertas (frekwensi 6000
KHz)
6.
Suara bel (frekwensi 2000 KHz)
Seuai dengan usia anak, perkembangan
fungsi pendengaran sebagai berikut :
- Usia 0-4 bulan : kemampuan respons
pendengaran masih terbatas dan bersifat refleks. Dapat dinyatakan bayi keget
mendengar suara keras atau terbangun ketika sedang tidur. Respons berupa
refleks auropalpebral maupun refleks Moro.
- Usia 4-7 bulan : respons memutar kepala kearah bunyi yang terletak dibidang horizontal, walaupun belum konsisten. Pada usia 7 bulan otot leher cukup kuat sehingga kepala dapat diputar dengan cepat kearah sumber suara.
- Usia 7-9 bulan : dapat mengidentifikasi dengan tepat asal sumber bunyi dan bayi dapat memutar kepalanya dengan tegas dan cepat.
- Usia 9-13 bulan : bayi sudah mempunyai keinginan yang besar untuk mencari sumber bunyi dari segala arah dengan cepat.
- Usia 2 tahun : pemerika harus lebih teliti karena anak tidak akan memberi reaksi setelah beberapa kali mendapat stimulus yang sama. Hal ini disebabkan karena anak sudah mampu pemperkirakn sumber suara.
- Usia 4-7 bulan : respons memutar kepala kearah bunyi yang terletak dibidang horizontal, walaupun belum konsisten. Pada usia 7 bulan otot leher cukup kuat sehingga kepala dapat diputar dengan cepat kearah sumber suara.
- Usia 7-9 bulan : dapat mengidentifikasi dengan tepat asal sumber bunyi dan bayi dapat memutar kepalanya dengan tegas dan cepat.
- Usia 9-13 bulan : bayi sudah mempunyai keinginan yang besar untuk mencari sumber bunyi dari segala arah dengan cepat.
- Usia 2 tahun : pemerika harus lebih teliti karena anak tidak akan memberi reaksi setelah beberapa kali mendapat stimulus yang sama. Hal ini disebabkan karena anak sudah mampu pemperkirakn sumber suara.
Perkembangan bicara erat kaitannya dengan tahap perkembangan
mendengar pada bayi, sehingga adanya gangguan pendengaran perlu dicurigai
apabila :
Usia 12 bulan : belum dapat mengoceh (babbling) atau meniru
bunyi
Usia 18 bulan : tidak dapat menyebut 1 kata yang mempunyai
arti
Usia 24 bulan : perbendaharaan kata kurang dari 10 kata
Usia 30 bulan : belum dapat merangkai 2 kata
Apa yang harus dilakukan bila tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan primer bila mencurigai bayi / anak dengan gangguan pendengaran atau
ketulian :
·
Konsultasi dengan Dokter Spesialis THT-KL
(Bidang Audiologi –> Audiologist/Physician in Audiology)
·
Konsultasi dengan Dokter Anak
(Tumbuh kembang anak)
·
Konsultasi dengan Psikiater Anak
·
Konsultasi dengan Psikolog Anak
Bagi
Dokter Spesialis THT-KL dengan Tenaga Audiologis, sudah harus mampu melakukan
pemeriksaan fungsi pendengaran yang lengkap.
Pemeriksaan fungsi pendengaran secara lengkap
·
Tympanometri
Menilai fungsi telinga tengah
Menilai fungsi telinga tengah
·
BOA
(Behavioral Observation Audiometri)
Menilai kemampuan anak dalam memberikan respon terhadap rangsang bunyi dengan mengamati perilaku anak
Menilai kemampuan anak dalam memberikan respon terhadap rangsang bunyi dengan mengamati perilaku anak
·
Play
Audiometri
Menilai fungsi pendengaran anak yang dilakukan sambil bermain
Menilai fungsi pendengaran anak yang dilakukan sambil bermain
·
OAE
(Oto Acoustic Emition)
Menilai fungsi Cochlea secara obyektif dan dapat dilakukan dalam waktu yang Singkat
Menilai fungsi Cochlea secara obyektif dan dapat dilakukan dalam waktu yang Singkat
·
ABR
(Auditory Brainstem Response)
Pemeriksaan yang menilai fungsi pendengaran secara obyektif sepanjang jalurpendengaran (N.VIII)
Pemeriksaan yang menilai fungsi pendengaran secara obyektif sepanjang jalurpendengaran (N.VIII)
·
ASSR
(Auditory Steady State Response)
Pemeriksaan yang hampir sama dengan ABR namun hasilnya dapat menunjukkan beberapa frekuensi pendengaran sekaligus.
Pemeriksaan yang hampir sama dengan ABR namun hasilnya dapat menunjukkan beberapa frekuensi pendengaran sekaligus.
TANGGUNG JAWAB ORGANISASI KEMASYARAKATAN, SWASTA DAN PEMERINTAH
1. Sosialisasi dan edukasi kepada
masyarakat melalui media penyuluhan, leaflet, brosur, poster, iklan layanan masyarakat dan sebagainya.
2. Organisasi kemasyarakatan seperti organisasi keagamaan, organisasi wanita, organisasi pemuda, lembaga adat dan swasta, mendukung Pemerintah dalam hal :
a. Menyiapkan anggotanya sebagai kader untuk membantu sosialisasi atau edukasi tentang deteksi dini pada bayi lahir tuli dengan cara pemeriksaan sederhana
b. Melakukan bakti sosial di bidang kesehatan pendengaran khususnya deteksi dini bayi lahirdengan gangguan pendengaran atau ketulian dan dukungan alat bantu dengar
c. Menggalang dana guna mendukung penggandaan bahan sosialisasi/edukasi bagi anggota masyarakat, bakti sosial untuk dukungan alat bantu dengar dan implan koklea
2. Organisasi kemasyarakatan seperti organisasi keagamaan, organisasi wanita, organisasi pemuda, lembaga adat dan swasta, mendukung Pemerintah dalam hal :
a. Menyiapkan anggotanya sebagai kader untuk membantu sosialisasi atau edukasi tentang deteksi dini pada bayi lahir tuli dengan cara pemeriksaan sederhana
b. Melakukan bakti sosial di bidang kesehatan pendengaran khususnya deteksi dini bayi lahirdengan gangguan pendengaran atau ketulian dan dukungan alat bantu dengar
c. Menggalang dana guna mendukung penggandaan bahan sosialisasi/edukasi bagi anggota masyarakat, bakti sosial untuk dukungan alat bantu dengar dan implan koklea
3. Pemerintah bertanggung jawab
a. Menyediakan sumber daya manusia (SDM) yang mahir menetapkan diagnosa dan menangani bayi/anak dengan gangguan pendengaran atau ketulian, seperti tenaga dokter spesialis THT-KL (subspesialis bedah mikro telinga), dokter spesialis anak (sub Tumbuh Kembang Anak), ahli psikiater anak, ahli psikologi anak, tenaga audiologist terlatih, tenaga terapis audio-verbal, teknisi fitting alat bantu dengar, yang secara reguler dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya melalui kursus/pelatihan
b. Menyediakan alat pemeriksaan untuk mendukung diagnosa gangguan pendengaran atau ketulian pada bayi/anak seperti alat Timpanometri, BOA, Play Audiometri, OAE, di RSUD Kabupaten/Kota, ABR/ ASSR dan mikroskop bedah telinga untuk implant koklea (rumah siput) di RSUD Propinsi
c. Menyediakan Ear Kit, alat audiometer skrining dan perawat terlatih audiologi di Puskesmas.
d. Menyediakan Alat Bantu Dengar (ABD) yang “low cost high quality”
e. Membuat MOU dengan pihak donor, lembaga di dalam dan luar negeri untuk mendukung kegiatan deteksi dini, diagnosa, penanganan sampai bantuan dana bagi kelancaran program.
a. Menyediakan sumber daya manusia (SDM) yang mahir menetapkan diagnosa dan menangani bayi/anak dengan gangguan pendengaran atau ketulian, seperti tenaga dokter spesialis THT-KL (subspesialis bedah mikro telinga), dokter spesialis anak (sub Tumbuh Kembang Anak), ahli psikiater anak, ahli psikologi anak, tenaga audiologist terlatih, tenaga terapis audio-verbal, teknisi fitting alat bantu dengar, yang secara reguler dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya melalui kursus/pelatihan
b. Menyediakan alat pemeriksaan untuk mendukung diagnosa gangguan pendengaran atau ketulian pada bayi/anak seperti alat Timpanometri, BOA, Play Audiometri, OAE, di RSUD Kabupaten/Kota, ABR/ ASSR dan mikroskop bedah telinga untuk implant koklea (rumah siput) di RSUD Propinsi
c. Menyediakan Ear Kit, alat audiometer skrining dan perawat terlatih audiologi di Puskesmas.
d. Menyediakan Alat Bantu Dengar (ABD) yang “low cost high quality”
e. Membuat MOU dengan pihak donor, lembaga di dalam dan luar negeri untuk mendukung kegiatan deteksi dini, diagnosa, penanganan sampai bantuan dana bagi kelancaran program.
KESIMPULAN.
Mempersiapkan
masa depan cerah bagi bayi yang lahir dengan gangguan pendengaran atau ketulian,
merupakan tanggung jawab bersama dari orang tua/keluarga, tenaga kesehatan,
organisasi kemayarakatan, swasta dan pemerintah.
Semoga
bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar