Kamis, 03 Maret 2016

PERINGATAN HARI KESEHATAN TELINGA & PENDENGARAN 3 MARET 2016



SIAPKAN MASA DEPAN CERAH BAGI BAYI YANG LAHIR DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN ATAU KETULIAN

Oleh : dr. TITUS TABA, SpTHT-KL

Ketua Komite Daerah Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian Propinsi Papua Barat.

“ Mempersiapkan masa depan yang cerah bagi bayi yang lahir dengan gangguan pendengaran atau ketulian, merupakan tanggung jawab bersama dari orang tua/keluarga, tenaga kesehatan, organisasi kemasyarakatan, swasta dan pemerintah“

PENDAHULUAN
Minggu yang lalu - tepatnya tanggal 25 Februari 2016 - Komite Daerah Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian (Komda PGPKT) Sorong telah melaksanakan “Simposium dan Pelatihan Deteksi Dini Gangguan Pendengaran dan Ketulian Pada Bayi Baru Lahir” bagi para dokter, bidan dan perawat se-Sorong Raya, dengan sukses.
Kegiatan tersebut boleh dikatakan berhasil karena dapat menghimpun sekitar 329 tenaga kesehatan ( dokter, bidan, perawat dan mahasiswa ) se-Sorong Raya, untuk mengikuti Simposium dan Pelatihan dengan narasumber para pakar dari Jakarta, Bandung, Surabaya dan Sorong. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan ini tidak terlepas dari dukungan banyak pihak antara lain, IDI Cabang Sorong, Komite Nasional PGPKT Pusat, Komda PGPKT Propinsi Papua Barat, BPJS Sorong, PKK Kabupaten Sorong, Pemerintah Kabupaten Raja Ampat, RSUD Kabupaten Sorong, RSU Sele Be Solu Kota Sorong, RSU Kasih Herlina Sorong, IBI Sorong, PPNI Sorong, pihak swasta, peserta simposium dan pelatihan serta orang tua.
Dukungan dari berbagai kalangan ini menunjukkan bahwa masalah deteksi dini gangguan pendengaran dan ketulian pada bayi lahir tuli, merupakan tanggung jawab bersama yang harus dimulai sebagai suatu gerakan kepedulian. Tanggung jawab kita bersama menyiapkan para dokter, bidan, perawat di fasilitas kesehatan tingkat pertama bahkan orang tua/keluarga penderita sendiri,  untuk dapat melaksanakan deteksi dini gangguan pendengaran atau ketulian pada bayi baru lahir agar bayi yang mengalami gangguan pendengaran dan ketulian tidak terlambat penanganannya.
Bayi yang beresiko mengalami gangguan pendengaran atau ketulian sejak lahir, harus menerima tes skrining pendengaran dini, segera setelah lahir. Hal ini penting untuk mengetahui apakah bayi mengalami gangguan pendengaran atau ketulian sehingga penanganan dini dapat dilakukan, dan diharapkan  bayi  tumbuh optimal, karena masalah pendengaran dapat menunda perkembangan suara, bicara, dan kemampuan bahasa bayi. Mendengar juga memungkinkan bayi untuk belajar bahasa dan merangsang perkembangan otaknya. Karena hal itu menjadi begitu penting untuk mengenal dan mengatasi masalah pendengaran sedini mungkin. (Widodo Judarwanto).


PROSES MENDENGAR
Kapan proses mendengar dimulai? Sebenarnya sudah terjadi saat bayi masih dalam kandungan dan segera setelah bayi dilahirkan. Bayi sudah dapat memberikan reaksi terhadap bunyi yang keras seperti terkejut, kedipan mata, berhenti menyusui, terbangun dari tidur ataupun menangis, tetapi saat itu bayi belum dapat menentukan dari mana asal bunyi tersebut. (Mitra Keluarga)
Kemampuan mendengar bayi akan menjadi salah satu “bekal” baginya untuk belajar bicara. Apa yang mampu didengarnya, ikut menentukan apa yang mampu dikatakannya. (Ayah Bunda)
Fungsi pendengaran pada bayi sangat penting. Dia akan menggunakan pendengarannya untuk memahami dan belajar untuk berkomunikasi dengan dunia di sekelilingnya. Beberapa bayi lahir dengan gangguan pendengaran. Anak-anak lain yang lahir dengan pendengaran normal , bisa memiliki masalah pendengaran saat mereka tumbuh dewasa. Bayi menggunakan telinga mereka untuk menerima sejumlah besar informasi tentang dunia di sekitarnya. (Widodo Judarwanto)
PERKEMBANGAN NORMAL FUNGSI PENDENGARAN BAYI
1.      Dalam Kandungan
Perkembangan pendengaran sebagian besar terjadi di dalam rahim. Telinga bagian dalam bayi sepenuhnya berkembang pada minggu ke-20 kehamilan, dan kemampuan untuk mendengar sepenuhnya dikembangkan pada saat lahir. Sementara dalam rahim, bayi Anda bisa mendengar detak jantung ibu, perut ibu keroncongan dan darah bergerak melalui tali pusat. Bayi Anda mungkin bahkan telah dikejutkan oleh suara keras

2.      Bayi Baru Lahir
Sejak lahir bayi Anda akan memperhatikan suara dan suara, terutama yang bernada tinggi. Dia juga akan merespon suara akrab, seperti suara atau lagu ninabobo Anda bermain atau sering menyanyikannya, atau Anda berbicara atau pasangan Anda. Dia mungkin terkejut oleh keras atau suara tak terduga.
Bagaimana bayi menanggapi suara sebagian bergantung pada temperamen. Seorang bayi lebih sensitif dapat melompat pada setiap suara kecil, misalnya, sementara bayi lebih tenang mungkin memerlukan waktu lebih suara dengan tenang.

3.      Usia Tiga Bulan.
Pada usia tiga bulan bagian dari otak bayi Anda yang membantu dengan pendengaran, bahasa dan bau akan lebih reseptif dan aktif. Ini bagian dari otak bayi Anda disebut lobus temporal. Pada usia 3 bulan, bayi akan tersenyum saat mendengar suara orang tua, dan bahkan mungkin mulai mengoceh. Ketika bayi Anda mendengar suara Anda, dia mungkin melihat langsung pada Anda dan mengerang dalam upaya untuk berbicara kembali. Mengoceh dan mendengarkan dapat bekerja keras untuk bayi Anda pada tiga bulan. Jika dia terlihat cara lain atau kehilangan konsentrasi saat Anda berbicara atau membaca untuknya, itu belum tentu karena dia tidak bisa mendengar Anda. Dia mungkin hanya memiliki rangsangan yang cukup. Kebanyakan bayi bisa tenang ketika mereka mendengar suara-suara akrab dan membuat vokal terdengar seperti ohh. Jangan khawatir jika bayi Anda terkadang terlihat jauh saat Anda sedang berbicara atau membaca padanya, tapi jangan katakan pada dokter jika dia tampaknya tidak menanggapi suara Anda sama sekali atau tidak mengagetkan di suara di lingkungan.

4.      Usia Empat Bulan.
Pada sekitar 4 bulan, bayi mulai mencari sumber suara. Dari usia empat bulan bayi Anda akan bereaksi terhadap suara penuh semangat, dan dia mungkin tersenyum ketika dia mendengar suara Anda. Dia mungkin mulai menonton mulut Anda serius ketika Anda berbicara, dan mencoba untuk menyalin Anda dan konsonan mengucapkan terdengar seperti "m" dan "b". Pada usia 4 bulan, bayi dapat membedakan emosi dengan nada suara dan menggunakan suara mereka sendiri untuk mengekspresikan sukacita dan ketidaksenangan. Mereka juga dapat mulai mengenal nama mereka sendiri dan bahkan mungkin kata "tidak."

5.      Usia Enam Bulan.
 Pada usia enam bulan atau tujuh bulan bayi Anda akan menyadari di mana suara berasal, dan dia akan berbalik cepat ke arah yang baru. Dia juga akan mampu merespon suara sangat tenang, asalkan dia tidak terganggu. Pada usia 6 bulan, bayi Anda mungkin dapat meniru dan mendengar suara Anda. Saat ia mendekati 10 bulan usia, ia akan merespon namanya atau suara lain yang dikenal atau kata-kata, seperti telepon. Sudah mulai mencoba untuk meniru suara.

6.      Usia 8 Bulan.
Pada usia 8 bulan, bayi mulai mengoceh dan menanggapi perubahan dalam nada suara.

7.      Usia 12 Bulan.
Pada saat bayi Anda berusia satu tahun, dia akan bisa mengenali lagu favoritnya, dan akan mencoba untuk bergabung masuk. Sekitar usia 1 tahun, dia akan mampu menunjukkan obyek akrab dalam sebuah buku ketika ditanya. Pada ulang tahun pertama ini bayi akan mengatakan kata-kata tunggal seperti "ma-ma" dan "da-da" dan menanggapi namanyasendiri. (Widodo Yudarwanto)

APA YANG DAPAT KITA LAKUKAN BILA MENGHADAPI BAYI DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN.
Tentu menjadi sangat penting untuk mendeteksi secara dini (lebih awal) apakah bayi mengalami gangguan pendengaran. Bayi yang beresiko mengalami gangguan pendengaran atau ketulian sejak lahir, harus menerima tes skrining pendengaran dini, segera setelah lahir. Hal ini penting untuk mengetahui apakah bayi mengalami gangguan pendengaran atau ketulian sehingga penanganan dini dapat dilakukan, dan diharapkan  bayi  tumbuh optimal, karena masalah pendengaran dapat menunda perkembangan suara, bicara, dan kemampuan bahasa bayi.
Menjadi tanggung jawab bersama dari orangtua/keluarga, tenaga kesehatan, pemerintah dan swasta untuk mempersiapkan masa depan cerah bagi bayi yang lahir dengan gangguan pendengaran atau ketulian.
TANGGUNG JAWAB ORANG TUA/KELUARGA
1.      Mengenal secara dini bayi mengalami gangguan dengar atau tidak, bisa dilakukan secara sederhana. Ketika orang tua/keluarga mengetahui dengan pasti perkembangan normal fungsi pendengaran bayi sesuai umurnya (lihat keterangan sebelumnya), maka orang tua / keluarga bila melihat ada penyimpangan dari perkembangan normal fungsi pendengaran bayi tersebut, berarti kemungkinan ada gangguan pendengaran.
Bagaimana mengenal gangguan pendengaran pada bayi / anak
·         Bayi tidak terkejut ketika ada suara keras
·         Saat tidur bayi tidak terganggu oleh suara keras/ribut
·         Usia 6 bulan belum mengoceh
·         Anak dipanggil belum menoleh
·         Belum dapat berbicara pada usia yang pada umumnya anak seharusnya sudah dapat bicara
·         Anak hanya menggunakan satu telingannya untuk mendengar
·         Jika berbicara dengan anak tersebut harus menggunakan suara agak keras / keras
·    Adanya perbedaan perkembangan komunikasi bila dibanding teman sebayanya. (Mitra Keluarga)
2.      Memberi dukungan bagi bayi / anak dengan cara membawa bayi/anak ke fasilitas kesehatan agar dapat diperiksa  kesehatan umum dan  pendengarannya, termasuk menyiapkan dana bagi kelancaran proses pemeriksaan, diagnosa dan penanganannya
3.      Mengikuti Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh BPJS, sehingga dapat mengurangi beban biaya yang dibutuhkan. 

TANGGUNG JAWAB TENAGA KESEHATAN
1.     Meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk deteksi dini, diagnosa, penanganan bayi/anak dengan gangguan pendengaran dan ketulian
2.  Mengadvokasi pemerintah daerah masing-masing untuk menyediakan sarana kesehatan yang mendukung deteksi dini dan penanganan bayi/anak dengan gangguan dengar
3.      Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat luas.

Karena diperkirakan sekitar 60 % persalinan ditolong oleh bidan maka para bidan harus mahir melakukan pemeriksaan secara sederhana untuk mendeteksi apakah bayi lahir dengan gangguan pendengaran / tuli atau tidak. Demikian juga bila dokter umum yang menolong persalinan, dapat melakukan pemeriksaan sederhana
CARA SEDERHANA PEMERIKSAAN PENDENGARAN BAYI
 Yaitu dengan memberikan bunyi-bunyian pada jarak 1 m di belakang anak :
1.      Bunyi pss – pss untuk mengambarkan suara frekwensi tinggi
2.      Bunyi uh – uh untuk mengambarkan frekwensi rendah
3.      Suara menggesek dengan sendok pada tepi cangkir (frekwensi 4 KHz)
4.      Suara mengetuk dasar cangkir dengan sendok (frekwensi 900 KHz)
5.      Suara meremas kertas (frekwensi 6000 KHz)
6.      Suara bel (frekwensi 2000 KHz)

Seuai dengan usia anak, perkembangan fungsi pendengaran sebagai berikut :
-   Usia 0-4 bulan : kemampuan respons pendengaran masih terbatas dan bersifat refleks. Dapat dinyatakan bayi keget mendengar suara keras atau terbangun ketika sedang tidur. Respons berupa refleks auropalpebral maupun refleks Moro.
-    Usia 4-7 bulan : respons memutar kepala kearah bunyi yang terletak dibidang horizontal, walaupun belum konsisten. Pada usia 7 bulan otot leher cukup kuat sehingga kepala dapat diputar dengan cepat kearah sumber suara.
-    Usia 7-9 bulan : dapat mengidentifikasi dengan tepat asal sumber bunyi dan bayi dapat memutar kepalanya dengan tegas dan cepat.
-   Usia 9-13 bulan : bayi sudah mempunyai keinginan yang besar untuk mencari sumber bunyi dari segala arah dengan cepat.
-    Usia 2 tahun : pemerika harus lebih teliti karena anak tidak akan memberi reaksi setelah beberapa kali mendapat stimulus yang sama. Hal ini disebabkan karena anak sudah mampu pemperkirakn sumber suara.
Perkembangan bicara erat kaitannya dengan tahap perkembangan mendengar pada bayi, sehingga adanya gangguan pendengaran perlu dicurigai apabila :
Usia 12 bulan : belum dapat mengoceh (babbling) atau meniru bunyi
Usia 18 bulan : tidak dapat menyebut 1 kata yang mempunyai arti
Usia 24 bulan : perbendaharaan kata kurang dari 10 kata
Usia 30 bulan : belum dapat merangkai 2 kata

Apa yang harus dilakukan bila tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan primer bila mencurigai bayi / anak dengan gangguan pendengaran atau ketulian :
·           Konsultasi dengan Dokter Spesialis THT-KL (Bidang Audiologi –> Audiologist/Physician in Audiology)
·           Konsultasi dengan Dokter Anak (Tumbuh kembang anak)
·           Konsultasi dengan Psikiater Anak
·           Konsultasi dengan Psikolog Anak
Bagi Dokter Spesialis THT-KL dengan Tenaga Audiologis, sudah harus mampu melakukan pemeriksaan fungsi pendengaran yang lengkap.
Pemeriksaan fungsi pendengaran secara lengkap
·         Tympanometri
Menilai fungsi telinga tengah
·         BOA (Behavioral Observation Audiometri)
Menilai kemampuan anak dalam memberikan respon terhadap rangsang bunyi dengan mengamati perilaku anak
·         Play Audiometri
Menilai fungsi pendengaran anak yang dilakukan sambil bermain
·         OAE (Oto Acoustic Emition)
Menilai fungsi Cochlea secara obyektif dan dapat dilakukan dalam waktu yang Singkat
·         ABR (Auditory Brainstem Response)
Pemeriksaan yang menilai fungsi pendengaran secara obyektif sepanjang jalurpendengaran (N.VIII)
·         ASSR (Auditory Steady State Response)
Pemeriksaan yang hampir sama dengan ABR namun  hasilnya dapat menunjukkan beberapa frekuensi pendengaran sekaligus.

 

TANGGUNG JAWAB ORGANISASI KEMASYARAKATAN, SWASTA  DAN PEMERINTAH
1.     Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat melalui media penyuluhan, leaflet, brosur, poster, iklan layanan masyarakat dan sebagainya.
2.   Organisasi kemasyarakatan seperti organisasi keagamaan, organisasi wanita, organisasi pemuda, lembaga adat  dan swasta, mendukung  Pemerintah dalam hal : 
       a. Menyiapkan anggotanya sebagai kader untuk membantu sosialisasi atau edukasi tentang deteksi dini pada bayi lahir tuli dengan cara pemeriksaan sederhana
       b. Melakukan bakti sosial di bidang kesehatan pendengaran khususnya deteksi dini bayi lahirdengan gangguan pendengaran atau ketulian dan dukungan alat bantu dengar
        c.  Menggalang dana guna mendukung penggandaan  bahan sosialisasi/edukasi bagi anggota masyarakat, bakti sosial untuk dukungan alat bantu dengar dan implan koklea
3.     Pemerintah bertanggung jawab 
    a. Menyediakan sumber daya manusia (SDM) yang mahir menetapkan diagnosa dan menangani bayi/anak dengan gangguan pendengaran atau ketulian, seperti tenaga dokter spesialis THT-KL (subspesialis bedah mikro telinga), dokter spesialis anak (sub Tumbuh Kembang Anak), ahli psikiater anak, ahli psikologi anak, tenaga audiologist terlatih, tenaga terapis audio-verbal, teknisi fitting alat bantu dengar, yang secara reguler dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya melalui kursus/pelatihan
     b. Menyediakan alat pemeriksaan untuk mendukung diagnosa  gangguan pendengaran atau  ketulian  pada bayi/anak seperti alat Timpanometri, BOA, Play Audiometri, OAE, di RSUD Kabupaten/Kota, ABR/ ASSR dan mikroskop bedah telinga untuk implant koklea (rumah siput) di RSUD Propinsi
    c. Menyediakan Ear Kit,  alat audiometer skrining dan perawat terlatih audiologi di Puskesmas.
      d. Menyediakan Alat Bantu Dengar (ABD) yang “low cost high quality”
     e.  Membuat MOU dengan pihak donor, lembaga  di dalam dan  luar negeri untuk mendukung kegiatan deteksi dini, diagnosa, penanganan sampai bantuan dana bagi kelancaran program.
KESIMPULAN.
Mempersiapkan masa depan cerah bagi bayi yang lahir dengan gangguan pendengaran atau ketulian, merupakan tanggung jawab bersama dari orang tua/keluarga, tenaga kesehatan, organisasi kemayarakatan, swasta dan pemerintah.
Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar