Kamis, 03 Maret 2016

BROSUR WORLD HEARING DAY 3 Maret 2016

GANGGUAN PENDENGARAN PADA MASA KECIL
ATASI SEKARANG, BEGINI CARANYA!

Diterjemahkan oleh : Irene Carolin – 1115054 – FK Maranatha Bandung

60% dari gangguan pendengaran pada masa kecil dapat dicegah; ketika tidak terhindarkan, diperlukan intervensi yang sesuai untuk memastikan anak-anak dengan gangguan pendengaran mencapai potensi penuh mereka.
Cara manusia melihat dunia mereka dimediasi melalui pengalaman sensorik. Dari semua indera, pendengaran memfasilitasi secara fundamental komunikasi dan mendorong interaksi sosial, memungkinkan orang untuk menjalin hubungan, berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari, waspada terhadap bahaya, dan pengalaman peristiwa kehidupan.
Sekitar 360 juta orang – 5% dari populasi dunia- hidup dengan gangguan pendengaran yang dianggap kecacatan; 32 juta diantaranya adalah anak-anak. Sebagian besar tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Untuk anak-anak mendengar adalah kunci untuk belajar bahasa lisan, akademis, dan terlibat dalam sosial. Gangguan pendengaran berperan sebagai penghalang untuk pendidikan dan integrasi sosial. Sebagai anak-anak dengan gangguan pendengaran bisa mendapatkan keuntungan besar jika diidentifikasi di awal kehidupan dan mendapat intervensi yang tepat.
WHO (World Health Organization) memperkirakan sekitar 60% dari anak-anak dengan gangguan pendengaran dapat dihindari melalui langkah-langkah pencegahan. Ketika tidak dapat dihindari, intervensi yang diperlukan untuk memastikan anak-anak mencapai potensi penuh adalah rehabilitasi, pendidikan dan pemberdayaan. Tindakan diperlukan di kedua bidang.
Apa dampak dari gangguan pendengaran jika tidak diatasi?
Meskipun dampak yang paling jelas dari gangguan pendengaran pada masa kanak-kanak adalah akuisisi bahasa, gejala lain juga memiliki konsekuensi bagi keseluruhan keaksaraan, pengembangan keterampilan sosial dan sikap, termasuk harga diri. Gangguan pendengaran yang tidak diobati sering dikaitkan dengan akademis yang buruk sehingga dapat menyebabkan penurunan prestasi kerja dan peluan lapangan kerja yang lebih sedikit di kemudian hari. Untuk anak, kesulitan dalam komunikasi dapat mengakibatkan perasaan marah, stres, kesepian dan konsekuensi emosional atau psikologis yang mungkin memiliki efek mendalam pada keluarga secara keseluruhan. Dalam keadaan sumber daya rendah dimana seorang anak berisiko lebih tinggi untuk cedera, gangguan pendengaran dapat menempatkan anak di situasi yang tidak aman akibat penurunan kewaspadaan. Dalam konteks yang lebih luas, gangguan pendengaran yang tidak diatasi dapat mempengaruhi perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat dan negara.
Sejumlah faktor yang dapat menentukan dampak dari gangguan pendengaran pada individu, meliputi :
• Onset usia : tahun-tahun awal kehidupan adalah periode yang optimal untuk perkembangan berbicara dan berbahasa. Dampak gangguan pendengaran terbesar adalah pada mereka yang dilahirkan dengan atau perkembangan gangguan pendengaran segera setelah lahir.
• Derajat gangguan pendengaran : hal ini dapat berkisar dari ringan sampai sangat berat. Semakin tinggi tingkat keparahan, semakin besar dampaknya.
• Usia teridentifikasi dan terintervensi : semakin cepat seorang anak teridentifikasi gangguan pendengaran, dan sebelumnya sudah menerima layanan dukungan, semakin besar kesempatan untuk belajar bahasa lisan.
The Joint Committee on Infant Hearing merekomendasikan semua anak dengan gangguan pendengaran harus menerima intervensi di usia enam bulan. Identifikasi dan intervensi awal juga dapat mengurangi secara signifikan peningkatan biaya pendidikan terkait dengan gangguan pendengaran, dan meningkatkan kapasitas produktif di kemudian hari.
• Lingkungan : lingkungan hidup secara keseluruhan, termasuk akses dalam pelayanan, secara signifikan mempengaruhi perkembangan anak dengan gangguan pendengaran. Anak-anak dengan gangguan pendengaran yang memiliki akses untuk teknologi pendengaran seperti alat bantu dengar dan implan koklea, bahasa isyarat dan pendidikan khusus, dapat berpartisipasi atas dasar kesetaraan dengan rekan-rekan mereka yang dapat mendengar secara normal. Orang tua dan dukungan keluarga kelompok memfasilitasi pembangunan sosial anak dengan gangguan pendengaran.
Studi Kasus :
Piseth (nama samaran) adalah gadis berusia delapan tahun yang tinggal di pedesaan Kamboja. Dia menderita infeksi telinga sehingga mengakibatkan keluar cairan dari telinganya.. Masalahnya begitu umum bagi anak-anak Kamboja sehingga penduduk desa sering menganggapnya normal. Penyakit ini, bagaimanapun, menyebabkan gangguan pendengaran yang mungkin memiliki efek jangka panjang yang berdampak pada pengembangan komunikasi, bahasa dan kemajuan pendidikan.. Jika dibiarkan tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi medis serius dan bahkan kematian.. Masalah Piseth ditemukan oleh tim medis penjangkauan. Kondisinya begitu parah sehingga tidak hanya kehilangan sebagian dari pendengarannya, penyakit ini telah menghancurkan tulang di tengkoraknya. Dia menjalani operasi segera untuk menghilangkan jaringan dan tulang yang telah terinfeksi. Setelah operasi, telinganya membaik dan dia pergi kembali ke desa dan sekolahnya. Kemajuannya dipantau secara rutin oleh tim medis.
Apa yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran pada anak?
Gangguan pendengaran pada anak-anak memiliki banyak penyebab, termasuk akibat keturunan, yang berarti penyebab itu sudah ada saat dilahirkan maupun segera setelah itu, dan karena penyebab yang diperoleh pada usia kanak-kanak. Gangguan pendengaran mungkin hasil kombinasi dari beberapa faktor tersebut. Namun, hal ini tidak selalu memungkinkan untuk menentukan penyebab pasti.
Penyebab gangguan pendengaran pada anak dapat meliputi :
1. Faktor genetik : hampir 40% menyebabkan gangguan pendengaran pada anak. Telah terbukti bahwa gangguan pendengaran jauh lebih sering pada anak yang lahir dari pernikahan kerabat atau perserikatan antara dua individu yang terkait erat. Cacat bawaan dari telinga dan saraf pendengaran yang merupakan hasil dari pengaruh faktor genetik atau lingkungan, dapat dikaitkan dengan gangguan pendengaran.
2. Kondisi saat lahir : dapat berupa prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, kekurangan oksigen atau lahir asfiksia, dan penyakit kuning.
3. Infeksi : selama kehamilan ibu mungkin memperoleh infeksi tertentu seperti rubella dan cytomegalovirus yang menyebabkan gangguan pendengaran pada anak. Selain itu meningitis, gondok, dan campak pada anak juga dapat mengakibatkan gangguan pendengaran. Infeksi telinga umum ditemukan pada anak-anak di dengan sumber daya rendah. Hal ini dapat menyebabkan keluarnya cairan dari telinga (otitis media supuratif kronis). Selain gangguan pendengaran, infeksi telinga dapat menyebabkan komplikasi seperti mengancam jiwa.
4. Penyakit telinga : masalah telinga yang umum dapat menyebabkan gangguan pendengaran pada anak-anak. Ini termasuk terlalu banyak kotoran telinga (serumen) dan lem telinga (otitis media non supuratif) yang disebabkan oleh akumulasi cairan di dalam telinga.
5. Bising : suara keras, termasuk perangkat audio pribadi seperti smartphone dan MP3 player yang digunakan pada volume keras untuk waktu yang lama, dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Bahkan suara dengan intensitas tinggi dalam waktu singkat seperti dari kembang api dapat menyebabkan gangguan pendengaran permanen. Bising mesin dalam unit perawatan intensif neonatal juga dapat berkontribusi untuk gangguan pendengaran.
6. Obat-obatan : obat-obatan, seperti yang digunakan dalam pengobatan infeksi neonatal, malaria, obat tuberkulosis dan kanker, dapat menyebabkan gangguan pendengaran permanen. Obat ini memiliki sifat ototoksik. Di banyak bagian dunia, terutama dimana penggunaannya tidak diatur, anak-anak umumnya menerima antibiotik ototoksik untuk pengobatan infeksi umum.
Studi Kasus
Congenital rubella syndrome (CRS) bisa menyebabkan gangguan pendengaran, mata dan jantung dan cacat seumur hidup lainnya, termasuk autisme, diabetes mellitus dan gangguan fungsi tiroid. CRS telah memiliki dampak signifikan pada kehidupan keluarga Thai dari Bangkok. Ketika Chi hamil putrinya Im, suaminya sakit dan memiliki ruam kulit. Dia juga jatuh sakit dengan gejala yang sama beberapa hari kemudian - gejala klasik rubella. Chi pergi ke dokter dan diberitahu dia akan baik-baik saja. Namun, dia menyadari bahwa dia sedang hamil satu bulan. Setelah Im lahir, orangtuanya menyadari bahwa dia memiliki masalah dengan penglihatannya. Tidak lama makin jelas bahwa dia juga tidak bisa mendengar. "Im menderita tuli", Chi menjelaskan "Dia tidak bisa mendengar, atau berbicara ". Chi berharap bahwa dengan rehabilitasi yang baik, putrinya dapat menjalani hidup yang sehat dan bahagia. Risiko tertinggi CRS adalah di negara-negara dimana wanita usia subur tidak memiliki kekebalan untuk penyakit (baik melalui vaksinasi atau dari pernah mengalami rubella). Vaksinasi besar-besaran rubella selama dekade terakhir secara praktis menghilangkan rubella dan CRS di negara maju dan di beberapa negara berkembang. Pada bulan April 2015, WHO Wilayah Amerika menjadi yang pertama di dunia yang akan menyatakan bebas penularan endemik rubella.
Berapa banyak gangguan pendengaran pada anak yang dapat dicegah?
WHO memperkirakan bahwa sekitar 60% dari gangguan pendengaran pada anak di bawah usia 15 tahun dapat dicegah. Angka ini lebih tinggi didapatkan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (75%) dibandingkan dengan negara-negara berpenghasilan tinggi (49%). Perbedaannya bisa disebabkan karena tingginya angka kejadian ganguan pendengaran akibat infeksi pada daerah dengan sumber daya rendah serta pelayanan kesehatan yang baik pada ibu dan anak di negara-negara berpenghasilan tinggi.
Lebih dari 30% anak-anak dengan gangguan pendengaran disebabkan oleh penyakit seperti campak, gondok, rubella, meningitis dan infeksi telinga. Ini dapat dicegah melalui imunisasi dan praktek kebersihan yang baik. 17% gangguan pendengaran anak-anak merupakan hasil dari komplikasi saat lahir, termasuk prematuritas, berat badan lahir rendah, lahir asfiksia dan penyakit kuning. Peningkatan praktek kesehatan ibu dan anak akan membantu mencegah komplikasi ini. Penggunaan obat ototoksik pada ibu hamil dan bayi yang baru lahir bertanggung jawab 4% gangguan pendengaran pada anak-ana, hal ini berpotensi bisa dihindari.
Mengapa identifikasi awal begitu penting?
Identifikasi awal gangguan pendengaran pada anak-anak secara tepat waktu dan tepat intervensi dapat meminimalkan keterlambatan perkembangan dan memfasilitasi komunikasi, pendidikan dan pembangunan sosial. Program skrining pendengaran untuk bayi dan anak-anak bisa mengidentifikasi gangguan pendengaran di usia sangat muda. Untuk anak-anak dengan gangguan pendengaran bawaan, kondisi ini dapat dideteksi pada hari pertama setelah lahir.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang lahir tuli atau memperoleh gangguan pendengaran pada saat awal kehidupan harus segera menerima intervensi yang tepat untuk membantu perkembangan bahasa pada saat mereka mencapai usia lima tahun.
Bagi anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran di atas usia lima tahun, skrining pra sekolah dan saat sekolah dapat secara efektif mengidentifikasi gangguan pendengaran segera setelah onset, dengan demikian dapat membatasi dampak yang merugikan.
Studi Kasus:
Ibu Charlie, Lindsey, belum pernah mengetahui tentang infeksi cytomegalovirus (CMV) selama masa kehamilannya. Segera setelah Charlie lahir, Charlie gagal dalam tes pendengaran dan telah dikonfirmasi bahwa dia tuli telinga sebelah kiri. Ketika Charlie beranjak usia 3 tahun, pendengaran pada telinga kanannya juga terganggu. Infeksi CMV yang diderita Lindsey selama masa kehamilannya dinyatakan sebagai penyebabnya. Sekarang Charlie tumbuh sebagai seorang gadis yang cerdas yang pergi ke sekolah dan dapat mengikuti dengan baik, dengan bangga menggunakan alat bantu dengarnya yang berwarna pink berkilauan.
Infeksi CMV merupakan penyebab yang penting, namun korelasi dengan gangguan pendengaran masih belum diketahui. The United States Centers for Disease Control and Prevention memperkirakan bahwa 1 dari 150 anak lahir dengan infeksi CMV dan 1 dari 5 orang yang terinfeksi akan berkembang menjadi masalah yang permanen, seperti gangguan pendengaran atau perkembangan yang buruk. CMV disebarkan melalui kontak dengan cairan tubuh (air liur dan air seni) dari orang yang terinfeksi. Hal ini dapat dihindari melalui konseling bagi wanita hamil mengenai sumber infeksi dan kebersihan, seperti mencuci tangan secara teratur, menghindari berbagi makanan, menghindari kontak dengan air liur saat berciuman dengan anak dan membersihkan permukaan yang bersentuhan air liur atau air seni.
Apa strategi untuk pencegahan dan perawatan?
Tindakan diperlukan untuk mengurangi gangguan pendengaran dan meningkatkan hasil bagi anak-anak dengan gangguan pendengaran. Pemerintah, lembaga kesehatan masyarakat, organisasi pelayanan sosial, lembaga pendidikan dan kelompok masyarakat sipil semua perlu berkolaborasi dalam usaha ini.
Demi mencapai hasil yang diinginkan, hal yang dibutuhkan :
1. Memperkuat :
a. Program imunisasi: untuk mencegah infeksi yang menyebabkan gangguan pendengaran bawaan, seperti rubella, meningitis, gondok dan campak. Lebih dari 19% dari anak-anak berpotensi terhindar dari gangguan pendengaran melalui imunisasi terhadap rubella dan meningitis.
TINDAKAN: Cantumkan vaksin ini dalam program imunisasi nasional dan pastikan cakupannya luas.
b. Program kesehatan ibu dan anak untuk mencegah prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, lahir asfiksia, penyakit kuning dan infeksi cytomegalovirus.
TINDAKAN: Meningkatkan kesehatan ibu dan anak
Nutrisi yang baik
Kesadaran tentang praktek kebersihan
Penyuluhan tentang kelahiran yang aman
Penanganan yang tepat untuk infeksi neonatal dan penyakit kuning
c. Organisasi penderita gangguan pendengaran, kelompok dukungan orang tua dan keluarga
TINDAKAN: Mendorong terbentuknya kelompok dukungan untuk penderita gangguan pendengaran dan keluarganya.
2. Pelaksanaan :
a. Skrining pendengaran bayi baru lahir dan bayi memulai intervensi yang tepat untuk mengidentifikasi dan habilitasi anak-anak dengan bawaan atau onset awal-gangguan pendengaran onset. Program skrining pendengaran bayi baru lahir harus diikuti dengan pendekatan yang berpusat pada keluarga.
TINDAKAN: MasuKkan program intervensi awal, yang berfokus pada:
intervensi yang tepat, idealnya dimulai sebelum usia enam bulan
dukungan keluarga, termasuk bimbingan dan konseling dari orang tua
rehabilitasi pendengaran melalui alat bantu dengar dan implant koklea
terapi yang cocok dan komunikasi pilihan
b. Skrining pendengaran berbasis sekolah dengan tujuan untuk mengidentifikasi, merujuk dan mengelola penyakit telinga yang umum dan gangguan pendengaran.
TINDAKAN: Mengintegrasikan skrining pendengaran ke dalam program kesehatan sekolah dan mengembangkan penyediaan pelayanan yang sesuai: medis, bedah dan rehabilitasi.
Studi Kasus :
Bahasa isyarat telah memiliki penting dampak positif pada kehidupan Patrick, seorang pemuda dari daerah terpencil Uganda. Lahir tuli dan tidak tersedia sekolah untuk anak-anak tuna rungu di daerahnya, ia menghabiskan sebagian besar waktunya tanpa pengetahuan bahasa isyarat dan tanpa komunikasi. Kebanyakan hari Patrick dihabiskan sendirian di gubuknya, terisolasi dari dunia. Uganda National Association of the Deaf, sebuah nirlaba yang didedikasikan untuk memberdayakan individu dengan gangguan pendengaran, diselenggarakan untuk Patrick untuk mengadakan kelas bahasa isyarat pertama ketika ia berusia 15 tahun. Kelas-kelas ini mengubah hidup Patrick. Dia masih mengambil kelas sampai hari ini dan memiliki harapan untuk mengajar orang-orang tuli lain di masa depan. Pengalaman Patrick yang dilaporkan melalui film dokumenter disebut "15 dan belajar untuk berbicara".
3. Melatih :
a. Dokter layanan primer dan petugas kesehatan tentang relevansi penyakit telinga dan kebutuhan untuk intervensi awal gangguan pendengaran dan pilihan pengobatannya. Ini akan memungkinkan penyediaan layanan yang dapat diakses dan memfasilitasi rujukan untuk manajemen mereka. WHO mendokumentasikan tentang sumber daya pelatihan peduli telinga dan pendengaran, satu set empat pelatihan manual, dan rehabilitasi berbasis masyarakat: penyuluhan perawatan telinga dan pendengaran melalui CBR adalah sumber daya yang berguna untuk ini.
TINDAKAN: Membangun program pelatihan perawatan telinga dan pendengaran untuk penyedia layanan kesehatan tingkat SD.
b. Otologis, profesional audiologi, profesional medis lainnya (seperti perawat), terapis dan guru untuk memberikan pelayanan dan perawatan yang diperlukan. Ini adalah sebuah langkah penting untuk mengatasi masalah telinga dan pendengaran.
TINDAKAN: Mengatur program pelatihan professional untuk mengembangkan sumber daya manusia di bidang kesehatan pendengaran dan pendidikan untuk orang-orang dengan gangguan pendengaran.
Studi Kasus :
Ngoc lahir di Viet Nam, dan segera setelah ia lahir keluarganya memperhatikan bahwa dia tidak menanggapi suara sekelilingnya. Ketika Ngoc berusia 15 bulan, orang tuanya membawanya ke dokter untuk tes pendengaran di mana dikonfirmasi bahwa dia memiliki gangguan pendengaran yang parah. Keluarga Ngoc merasa terpuruk karena mereka tidak tahu bagaimana menangani tantangan ini. Dokter menyarankan alat bantu dengar untuk Ngoc dan mengikuti program pendidikan untuk anak-anak yang tuli dan sulit mendengar untuk mendapatkan tambahan informasi. Sebuah organisasi non-profit yang bekerja di Viet Nam membantu Ngoc mencari sepasang alat bantu dengar yang sesuai ketika dia berusia 17 bulan. Setelah menggunakan alat bantu dengar, Ngoc segera menanggapi suara di sekelilingnya. Dia kemudian mendaftarkan diri ke dalam program intervensi awal di mana dia membuat kemajuan besar, dan belajar untuk mendengar dan berbicara.
4. Kemudahan akses :
a. Alat bantu dengar : kemajuan di bidang alat bantu dengar dan implan koklea telah ditingkatkan dengan banyaknya pilihan yang tersedia untuk orang dengan gangguan pendengaran. Sayangnya, hanya sebagian kecil dari mereka yang membutuhkan perangkat ini dapat mengaksesnya, karena kurangnya ketersediaan dan biaya tinggi.
TINDAKAN: Mengembangkan inisiatif berkelanjutan untuk harga dan pemeliharaan alat bantu yang terjangkau, juga dapat memberikan dukungan berkelanjutan bagi mereka yang menggunakan perangkat ini.
b. Komunikasi : pengenalan awal bahasa sangat bermanfaat bagi anak tunarungu. Hal ini merupakan salah satu bentuk rehabilitasi berupa komunikasi verbal, seperti terapi pendengaran-verbal dan pendengaran-lisan. Pembuat kebijakan juga harus mempromosikan komunikasi alternatif termasuk bahasa tubuh, komunikasi total, bilingual / bikultural (bi-bi), bahasa isyarat dan pendekatan membaca bibir. Gunakan putaran dan sistem FM di ruang kelas dan tempat-tempat umum serta penyediaan caption pada media audio visual penting untuk meningkatkan aksesibilitas komunikasi untuk orang dengan gangguan pendengaran.
TINDAKAN: Menjamin akses komunikasi melalui semua media tersedia, dalam konsultasi dengan para pemegang kepentingan, termasuk orang-orang dengan gangguan pendengaran.
5. Pengaturan dan pemantauan :
a. Penggunaan obat ototoksik untuk meminimalkan bahaya yang ditimbulkan oleh penggunaan sembarangan. Ketika penggunaan tidak dapat dihindarkan, pemantauan audiologi membantu mengidentifikasi gangguan pendengaran pada tahap awal.
TINDAKAN: Mengembangkan dan melaksanakan legislasi untuk melarang penggunaan obat ototoksik; dan penyedia layanan kesehatan sigap tentang konservasi pendengaran saat diperlukan.
b. Mengembangkan dan menerapkan undang-undang untuk membatasi penjualan dan penggunaan obat ototoksik; dan penyedia layanan kesehatan sigap tentang masalah yang dapat timbul dengan pemaikaian obat tersebut.
TINDAKAN: Mengembangkan dan menerapkan peraturan mengenai lingkungan kebisingan, termasuk di tempat-tempat rekreasi; menerapkan standard untuk mendengarkan perangkat audio pribadi secara aman.
Studi Kasus :
Satu malam saat Paolo (nama samaran) sedang tidur di lengan ibunya, suaminya mengambil sebuah lonceng kuningan dan menggelengkannya terus menerus. Paolo tidak bergerak. Saat itulah mereka tahu ada sesuatu yang ganjil. Minggu depannya spesialis di rumah sakit anak-anak mendiagnosis Paolo gangguan pendengaran bilateral berat-hingga-sangat berat. Paolo terdaftar di program di mana ia belajar untuk mendengarkan dan berbicara. Ia untuk pertama kalinya menerima sepasang alat bantu dengar; dan mulai berjalan: semua pada saat ia 10 bulan. Anak kecil yang sangat penasaran ini senang mendengarkan dan menghabiskan waktu berjam-jam dengan kakaknya, mewarnai dan bercakap-cakap. Paolo dimasukkan ke sekolah dan lulus sebagai siswa teladan. Dia sekarang di tahun ketiga di jurusan teknik mesin. Paolo menjadi sebuah inspirasi bagi semua orang yang mengenal dia dan dia dengan bangga mengatakan bahwa ia akan terus mengatasi tantangan di hadapannya.
6. Meningkatkan kewaspadaan publik :
a. Mengenai perawatan telinga yang sehat yang dapat mengurangi infeksi telinga. Sebagai contoh, menghindari masuknya substansi apapun ke dalam telinga dapat mengurangi masalah telinga. Memastikan bahwa anak dengan sakit telinga dihindarkan dari penggunakan obat rumahan dan ditangani oleh praktisi medis dapat mencegah infeksi telinga yang parah dan gangguan pendengaran.
TINDAKAN: Menerapkan program kewaspadaan untuk mempromosikan perawatan telinga dan pendengaran dalam komunitas.
b. Mengenai bahaya dari suara keras dengan mendidik anak di masa kanak-kanak mengenai risiko yang diakibatkan oleh level suara yang merusak dari peralatan audio pribadi seperti smartphone dan tempat hiburan yang berisik termasuk acara olahraga. Ini dapat membantu mengubah pola perilaku dan mempromosikan mendengar yang aman, yang dapat mencegah berkembangnya gangguan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan dalam masa kanak-kanak dan dewasa.
TINDAKAN: Membangun dan menerapkan program kewaspadaan yang menargetkan anak muda dengan tujuan mempromosikan kebiasaan mendengar yang aman.
c. Untuk mengurangi stigma mengenai gangguan pendengaran dalam komunitas. Menekankan dan berbagi cerita dari orang sukses dengan gangguan pendengaran dapat secara efektif mengurangi stigma tentang gangguan pendengaran, alat pendengaran dan metode komunikasi alternatif.
TINDAKAN: Menggunakan contoh model untuk meningkatkan kewaspadaan mengenai pencegahan dan perawatan gangguan pendengaran.
Studi Kasus :
Janice (nama samaran) gagal pada skrining awal pendengarannya saat lahir di Amerika Serikat dan didiagnosis dengan gangguan pendengaran bilateral yang berat. Dia segera dipasangkan alat bantu dengar. Namun, alat bantu dengarnya tidak menguntungkan dirinya, kemudia Janice menerima implan koklea ketika dia berusia 1 tahun. Setelah menerima terapi sejak usia delapan bulan, percakapan terbaru Janice dan evaluasi bahasa mengungkapkan bahasa dan keterampilan berbicaranya agak tertunda dibandingkan dengan anak-anak dengan pendengaran normal. Dia sekarang mengikuti prasekolah dan terus menerima pelajaran terapi berbicara untuk meningkatkan keterampilan artikulasinya. Selanjutnya, Janice akan bergabung dengan anak-anak lainnya di TK.
Dalam pelaksanaan hal-hal di atas, perencanaan strategi dapat membantu mengurangi gangguan pendengaran dan menghilangkan dampak yang merugikan bagi penderita. Sejalan dengan prinsip Convention on the Rights of People with Disabilities, meningkatkan pendengaran dan akses untuk berkomunikasi dapat memfasilitasi edukasi dan pemberian lapangan pekerjaan dan mendorong penyertaan sosial dan psikologis yang sehat bagi para penderita gangguan pendengaran. Banyak negara yang sudah memulai strategi yang sejalan dengan konvensi dan telah menerapkan model unruk pencegahan, identifikasi, dan intervensi.
Kini, penyebab dari gangguan pendengaran sudah diketahui dan strategi pencegahan sudah teridentifikasi; teknologi sudah tersedia untuk mendeteksi gangguan pendengaran dini; dan teknik intervensi diterapkan dengan baik. Ribuan anak dengan gangguan pendengaran mendapatkan komunikasi dan kemampuan lainnya yang dibutuhkan untuk menjalani hidup, dan mempunyai kesempatan-kesempatan yang sama dengan anak yang dapat mendengar secara normal. Di sisi lain, jutaan anak masih menghadapi konsekuensi yang tidak diharapkan dari gangguan pendengaran.
Diterjemahkan oleh : Irene Carolin – 1115054 – FK Maranatha
Sumber : brosur HWD 3 Maret 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar