Selasa, 07 Juli 2009

HARI BAHAGIAKU . . . HUT 7 JULI 2009


Waktu masih pukul 6 pagi, ketika aku menerima ucapan selamat ulang tahun dari seorang saudara di Makassar. Rasanya tidak banyak yang memberi ucapan selamat langsung melalui telepon. Entah mengapa? Mungkin karena beberapa teman, saudara, kerabat telah mengirim ucapan selamat melalui wall atau email di facebook. Terima kasih, buat semua yang merasakan kebahagiaanku di pagi ini. 

Sementara menanti call dari orang-orang tersayang lainnya, tiba – tiba aku dikejutkan dengan suara seperti banyak orang yang sedang menyanyikan sebuah lagu. Aku kenal betul lagu ” Cerahnya hari ini ” –  begitu judul lagu itu – yang dinyanyikan dalam komposisi  paduan suara. Sungguh mengagetkan!  Aku kenal suara mereka. Mereka adalah anak-anak asuhku yang belakangan makin sering aku latih untuk mengikuti berbagai event. Aku bangga kepada mereka. Rupanya secara diam-diam, mereka telah menyusun rencana untuk membuat surprise di hari ulangku . Lagu kedua mengalun.  ” You rise me up ” – salah satu lagu kesukaanku. ” Kau angkatku ke atas gunung, melewati badai, aku menjadi kuat karena Engkau besertaku, lebih dari yang aku pikirkan ” – kurang lebih demikian terjemahannya dalam bahasa Indonesia – lagu populer inspirasional yang dinyanyikan Josh Groban itu.  Aku bergegas mencuci muka dan mengganti baju tidurku dengan baju kaos dan celana panjang. Aku membuka pintu ruang tamu dan menghampiri mereka yang sudah berbaris di depan garasi mobil sambil memegang baki yang diatasnya berdiri dengan indah, sebuah kue ultah yang lilinnya sudah menyala. Mereka kemudian menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun ketika aku berdiri di depan mereka. Aku turut bertepuk tangan menyambut pagi bahagia ini. Selanjutnya aku dipersilakan meniup lilin ulang tahun, diiringi lantunan lagu ” Tiup lilinnya . . sekarang juga “. 

Ada rasa haru yang mengusir rasa maluku, betapa anak-anak asuhku begitu menunjukkan rasa sayangnya kepadaku. Satu persatu mereka menyalami dan memberi ucapan selamat ulang tahun untukku.

Terima kasih, Tuhan. Engkau telah mengisi bejana kebahagiaanku di saat  pertama aku membuka mata menyambut pagi ini, dengan mengirimkan para malaikat kecilku yang dengan suara merdunya mengajak aku bersyukur akan kebesaranMu.

ANAK-ANAK ASUHKU KALAU TAMPIL DALAM LOMBA PADUAN SUARA




Minggu, 19 April 2009

SARAPAN PAGI BERSAMA ANAK-ANAK ASUHKU DI SORONG


Pagi itu udara sangat cerah. Seperti biasanya, aku menikmati udara segar di pagi hari sambil berjalan berkeliling menyusuri jalan di sekitar rumahku. Beberapa anak – yang merupakan anak asuhku – masih bermalasan di depan rumah mereka, tetapi begitu sigap menyapa selamat pagi. Hal yang menjadi kebiasaan anak Papua untuk menyampaikan kata salam – setidaknya begitu menurutku- bila bertemu dengan seseorang di jalan. Sebagian besar anak – anak itu belum mandi. Mungkin karena hari libur sekolah sehingga mereka merasa tidak perlu bergegas untuk mandi pagi. Nampaknya mereka lesu. Entah karena feeling saja atau ada bisikan hati, aku menawarkan kepada mereka untuk menikmati sarapan pagi nasi kuning di rumahku. Tapi ada satu syarat yaitu mereka harus mandi pagi dahulu supaya sehat dan segar. Dasar anak-anak, mereka kemudian menerima tawaranku dengan bergegas berlari ke rumah masing-masing untuk mandi pagi. 
Aku terus menikmati udara pagi seraya berjalan ke warung nasi kuning langgananku, untuk memenuhi janjiku kepada anak-anak tadi. Aku membeli 16 bungkus nasi kuning, 1 bungkus untukku dan 15 bungkus untuk anak-anak itu. Semoga aku tidak salah ingat jumlah mereka karena aku sering mengumpulkan mereka di pondok belakang rumahku untuk melatih mereka bernyanyi. Dan menjadi kebanggaanku pada anak-anak ini, mereka sudah seringkali diundang ke berbagai tempat untuk menyumbangkan suara merdu khas anak-anak. 
Pagi itu membawa kebahagiaan tersendiri bagiku, karena sudah berbagi kebahagiaan kepada anak-anak sekitarku yang telah menjadi anak-anak asuhku. Mungkin mereka memerlukan sarapan pagi senikmat sarapan pagiku di hari itu.

Minggu, 15 Maret 2009

BAKTI SOSIAL PENGOBATAN TELINGA, KULIT, GIGI DAN MULUT. 15-03-2009

Selaku Sekretaris Umum Yayasan Kasih Immanuel Sorong, saya memprakarsai kegiatan Yayasan Kasih Immanuel Sorong ketika memperingati HUT nya yang ke-4 pada tanggal 6 Maret 2009. 

Kami mengadakan Bakti Sosial Pemeriksaan dan Pengobatan Telinga, Gigi Mulut, dan Kulit  secara cuma-cuma di Poliklinik Immanuel Boswezen Sorong. Tim kami yang hadir yaitu saya dr. Titus Taba SpTHT-KL, dr. Jenny Ritung SpKK, drg. Irwin Sihombing, dr. Susi Jitmau, paramedis dan beberapa anggota Yayasan Kasih Immanuel Sorong. Cukup banyak jemaah dan anggota masyarakat yang hadir. Ada kurang lebih 172 orang yang berobat, 102 orang yang berobat  penyakit Telinga dan Kulit, 70 orang berobat gigi dan mulut, dimana kurang lebih 35 orang  menjalani ekstraksi ( pencabutan ) gigi sesuai indikasi. 

Tahun lalu juga dalam rangka memperingati ulang tahunnya yang ke-3, Yayasan Kasih Immanuel Sorong juga mengadakan  Operasi Mata Katarak secara gratis bagi 134 mata lansia yang tidak mampu di wilayah Sorong dan kabupaten pemekaran sekitarnya. Pada saat itu, kami mengundang 8 orang Dokter Spesialis Mata dari Perdami Jawa Barat / RS Mata Cicendo Bandung. 

Memang, perlu kita galakkan kerjasama dengan berbagai pihak untuk melakukan suatu karya nyata yang sangat berarti bagi masyarakat yang tidak mampu. . . . ” karena untuk itu kita dipanggil untuk menghasilkan buah . . ” Amin

Rabu, 11 Februari 2009

PELAYANAN KE PEDALAMAN WARBEFOR, 07 FEBRUARI 2009

Dalam upaya memberi penyuluhan kesehatan telinga - pendengaran, kesehatan kulit, dan HIV-AIDS, sekaligus mengadakan pengobatan cuma-cuma kepada masyarakat yang ada di pedalaman Sorong, maka Tim kami mengadakan kunjungan ke Warbefor.
Tengah malam itu, udara sangat dingin dengan hujan rintik-rintik ketika kami memutuskan untuk berangkat ke Makbon dengan menumpang mobil Avanza. Sebagian rombongan kami sudah mendahului sejak sore hari dengan menggunakan mobil angkutan. Makbon, sebuah kota kecamatan, dipilih menjadi tempat transit untuk memualai perjalanan yang jauh dari Sorong ke Sausapor untuk selanjutnya menuju tujuan akhir di Kampung Warbefor – Wor yang waktu itu masih wilayah distrik Sausapor.
Kami bermalam di Makbon karena menurut rencana perjalanan ke Sausapor harus tepat waktu pada pukul 4 subuh esok harinya. Kami sementara mengaso di sebuah rumah kosong milik seorang pengusaha lokal, dengan beralaskan terpal plastik warna oranye. Ada aroma kurang sedap dan debu yang menyengat hidung. Ternyata rumah itu selama ini digunakan sebagai gudang untuk menyimpan barang dagangan milik pengusaha itu. Tetapi apa boleh buat. Dari pada kami harus tidur di alam terbuka, masih lumayan ada yang mau memberi tumpangan untuk tidur sebentar dan terlindung dari semilir angin laut yang dingin.
Pagi hari, bangun lebih awal karena takut terlambat. Ternyata hujan dan angin kencang mengharuskan kami untuk menunda perjalanan sampai betul-betul tenang. Jam 10 pagi persiapan dimulai dengan lebih dahulu membawa barang-barang ke atas kapal kayu Amalohi yang biasa membawa penumpang dari Makbon ke Sausapor. Setelah itu, penumpang mulai naik ke atas kapal itu. Ternyata ada banyak penumpang yang akan menggunakan kapal itu. Mungkin ada seratusan lebih, padahal kapal tersebut hanya memiliki kapasitas maksimal 70 penumpang. Tapi karena tidak ada alternatif lain, kami turut berdesakan dengan penumpang lain dan kami mengambil tempat duduk di atas atap kapal. Perjalanan sangat menyenagkan karena kami dapat melihat pemandangan luas ke segala penjuru mata angin dan desiran angin laut yang lembut sehingga membuat mengantuk. Tapi, ada juga perasaan takut karena muatan kapal melebihi kapasitas maksimal, berarti sarana keselamatan life jacket pasti terbatas. Saya mengambil kesempatan untuk tidur sebentar demikian juga penumpang lain yang duduk di atas atap kapal.

Penumpang berdesakan sehingga ada yang duduk di atas atap Kapal Amalohi
Karena pergerakan kapal Amalohi terlalu lambat – oleh sebab kelebihan muatan – kami tiba di Sausapor sekitar jam 5 sore. Dibutuhkan waktu sekitar 6 jam untuk sampai di Sausapor, padahal jarak tsb bisa ditempuh dalam 4 jam. Berarti kami harus bermalam di Sausapor karena perjalanan ke Warbefor tidak mungkin dilakukan dalam kegelapan malam yang sudah mulai turun. Karena kelelahan, kami menikmati tidur dengan lelap sekali.
Jam 6 pagi kami sudah bersiap lagi. Rombongan pertama yang akan berangkat adalah Tim Medis karena mengejar waktu agar ketika tiba di Warbefor pada siang hari, pelayanan kesehatan kepada masyarakat dapat dimulai. Jam 7, boat mulai bergerak meninggalkan Sausapor. Saya ikut rombongan pertama dengan menumpang Long Boat berkekuatan 40 PK. Rombongan besar lainnya akan naik kapal Amalohi – yang terlambat berangkat karena masih mengisi bahan bakar. Dibutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk sampai di Muara Kwor, check point pertama sebelum masuk ke pedalaman Warbefor. Cuaca sangat cerah mengiringi perjalanan kami. Ketika melewati Pulau Dua – pulau yang sangat terkenal karena terdapat bekas pangkalan udara sekutu pada waktu PD ke-2- ombak mulai mambuat long boat kami goyang. Tiga orang penumpang terlindung atap boat, dua orang termasuk saya duduk di tengah boat tanpa atap penutup dan dua orang di depan. Wajah gembira terpancar di wajah para penumpang, apalagi percikan air laut membuat wajah mereka kelihatan tetap segar padahal pagi hari tadi-karena terdesak waktu- sebagian besar tidak mandi. Beberapa nelayan yang mencari ikan di sekitar perairan Werbes ( Werur Besar ) melambaikan tangannya kepada kami. Kami sempat mengabadikan mereka dengan kamera digital, sambil sesekali saya mengambil foto teman-teman yang ada dalam boat. Di kejauhan mulai nampak Muara Kwor, tempat check point pertama, dimana kami menunggu rombongan lainnya untuk secara bersama masuk ke Warbefor.

Bersama masyarakat di Muara Kali Kwor. Sebelum masuk Warbefor
Bersama masyarakat di Muara Kali Kwor. Sebelum masuk Warbefor






Jam 8, kami tiba di Muara Kwor. Hanya tampak 2 anak kecil bermain di pantai. Memang jarak perkampungan penduduk dan tepi pantai tempat kami berlabuh cukup jauh. Tak berapa lama, masyarakat mulai berdatangan. Mungkin mereka penasaran tentang siapa dan untuk apa kami datang.

Senin, 26 Januari 2009

FOTO-FOTO PERJALANAN KE FEF - KABUPATEN SORONG


Foto Perjalanan ke Fef – Kabupaten Sorong

Kegiatan kali ini dilaksanakan bersama Tim Penggerak PKK Kabupaten Sorong dbp. Ny. Nancy Malak. Pokok kegiatan adalah Penyuluhan Kesehatan, Pengobatan Massal kepada masyarakat, pembinaan-pembinaan dan  pelatihan keterampilan kepada ibu-ibu PKK.

Persiapan keberangkatan, di bandara DEO Sorong
Persiapan keberangkatan, di bandara DEO Sorong
Pengalungan bunga di bandara Fef
Pengalungan bunga di bandara Fef
Drg. Irwin Sihombing, Dr. Grace Tenoch SpM
Drg. Irwin Sihombing, Dr. Grace Tenoch SpM
. . . jerih payahmu tidak sia-sia . . .
. . . jerih payahmu tidak sia-sia . . .
Children in Fef - Sorong, Papua Barat - Indonesia
Children in Fef - Sorong, Papua Barat - Indonesia
Grandima with traditional's wear, Fef-Sorong, Papua Barat-Indonesia
Grandima with traditional's wear, Fef-Sorong, Papua Barat-Indonesia