Rabu, 11 Februari 2009

PELAYANAN KE PEDALAMAN WARBEFOR, 07 FEBRUARI 2009

Dalam upaya memberi penyuluhan kesehatan telinga - pendengaran, kesehatan kulit, dan HIV-AIDS, sekaligus mengadakan pengobatan cuma-cuma kepada masyarakat yang ada di pedalaman Sorong, maka Tim kami mengadakan kunjungan ke Warbefor.
Tengah malam itu, udara sangat dingin dengan hujan rintik-rintik ketika kami memutuskan untuk berangkat ke Makbon dengan menumpang mobil Avanza. Sebagian rombongan kami sudah mendahului sejak sore hari dengan menggunakan mobil angkutan. Makbon, sebuah kota kecamatan, dipilih menjadi tempat transit untuk memualai perjalanan yang jauh dari Sorong ke Sausapor untuk selanjutnya menuju tujuan akhir di Kampung Warbefor – Wor yang waktu itu masih wilayah distrik Sausapor.
Kami bermalam di Makbon karena menurut rencana perjalanan ke Sausapor harus tepat waktu pada pukul 4 subuh esok harinya. Kami sementara mengaso di sebuah rumah kosong milik seorang pengusaha lokal, dengan beralaskan terpal plastik warna oranye. Ada aroma kurang sedap dan debu yang menyengat hidung. Ternyata rumah itu selama ini digunakan sebagai gudang untuk menyimpan barang dagangan milik pengusaha itu. Tetapi apa boleh buat. Dari pada kami harus tidur di alam terbuka, masih lumayan ada yang mau memberi tumpangan untuk tidur sebentar dan terlindung dari semilir angin laut yang dingin.
Pagi hari, bangun lebih awal karena takut terlambat. Ternyata hujan dan angin kencang mengharuskan kami untuk menunda perjalanan sampai betul-betul tenang. Jam 10 pagi persiapan dimulai dengan lebih dahulu membawa barang-barang ke atas kapal kayu Amalohi yang biasa membawa penumpang dari Makbon ke Sausapor. Setelah itu, penumpang mulai naik ke atas kapal itu. Ternyata ada banyak penumpang yang akan menggunakan kapal itu. Mungkin ada seratusan lebih, padahal kapal tersebut hanya memiliki kapasitas maksimal 70 penumpang. Tapi karena tidak ada alternatif lain, kami turut berdesakan dengan penumpang lain dan kami mengambil tempat duduk di atas atap kapal. Perjalanan sangat menyenagkan karena kami dapat melihat pemandangan luas ke segala penjuru mata angin dan desiran angin laut yang lembut sehingga membuat mengantuk. Tapi, ada juga perasaan takut karena muatan kapal melebihi kapasitas maksimal, berarti sarana keselamatan life jacket pasti terbatas. Saya mengambil kesempatan untuk tidur sebentar demikian juga penumpang lain yang duduk di atas atap kapal.

Penumpang berdesakan sehingga ada yang duduk di atas atap Kapal Amalohi
Karena pergerakan kapal Amalohi terlalu lambat – oleh sebab kelebihan muatan – kami tiba di Sausapor sekitar jam 5 sore. Dibutuhkan waktu sekitar 6 jam untuk sampai di Sausapor, padahal jarak tsb bisa ditempuh dalam 4 jam. Berarti kami harus bermalam di Sausapor karena perjalanan ke Warbefor tidak mungkin dilakukan dalam kegelapan malam yang sudah mulai turun. Karena kelelahan, kami menikmati tidur dengan lelap sekali.
Jam 6 pagi kami sudah bersiap lagi. Rombongan pertama yang akan berangkat adalah Tim Medis karena mengejar waktu agar ketika tiba di Warbefor pada siang hari, pelayanan kesehatan kepada masyarakat dapat dimulai. Jam 7, boat mulai bergerak meninggalkan Sausapor. Saya ikut rombongan pertama dengan menumpang Long Boat berkekuatan 40 PK. Rombongan besar lainnya akan naik kapal Amalohi – yang terlambat berangkat karena masih mengisi bahan bakar. Dibutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk sampai di Muara Kwor, check point pertama sebelum masuk ke pedalaman Warbefor. Cuaca sangat cerah mengiringi perjalanan kami. Ketika melewati Pulau Dua – pulau yang sangat terkenal karena terdapat bekas pangkalan udara sekutu pada waktu PD ke-2- ombak mulai mambuat long boat kami goyang. Tiga orang penumpang terlindung atap boat, dua orang termasuk saya duduk di tengah boat tanpa atap penutup dan dua orang di depan. Wajah gembira terpancar di wajah para penumpang, apalagi percikan air laut membuat wajah mereka kelihatan tetap segar padahal pagi hari tadi-karena terdesak waktu- sebagian besar tidak mandi. Beberapa nelayan yang mencari ikan di sekitar perairan Werbes ( Werur Besar ) melambaikan tangannya kepada kami. Kami sempat mengabadikan mereka dengan kamera digital, sambil sesekali saya mengambil foto teman-teman yang ada dalam boat. Di kejauhan mulai nampak Muara Kwor, tempat check point pertama, dimana kami menunggu rombongan lainnya untuk secara bersama masuk ke Warbefor.

Bersama masyarakat di Muara Kali Kwor. Sebelum masuk Warbefor
Bersama masyarakat di Muara Kali Kwor. Sebelum masuk Warbefor






Jam 8, kami tiba di Muara Kwor. Hanya tampak 2 anak kecil bermain di pantai. Memang jarak perkampungan penduduk dan tepi pantai tempat kami berlabuh cukup jauh. Tak berapa lama, masyarakat mulai berdatangan. Mungkin mereka penasaran tentang siapa dan untuk apa kami datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar