Udara
cukup cerah di pagi hari 1 Desember 2008, ketika kami tiba di Biak.
Perjalanan dari Sorong ke Biak cukup melelahkan, karena tidak ada
penerbangan langsung dari Sorong ke Biak. Harus singgah dulu dan
bermalam untuk semalam di Jayapura karena penerbangan Sorong – Jayapura
tidak connect dengan penerbangan Jayapura – Biak. Kami harus
terbang ke arah Timur dahulu lalu balik lagi ke arah Barat. Sayang, ya .
. Membutuhkan waktu dan biaya yang besar, tetapi karena kerinduan yang
dalam untuk melayani saudara-saudara kami di pedalaman maka semua
dilakukan dengan senang hati. Dari Biak, kami harus menempuh perjalanan
lagi selama kurang lebih 2 jam menuju ke Ibukota Supiori, Sorendoweri.
Tim kami mendapat fasilitas 2 buah kendaraan. Saya, Dr. Taba
SpTHT ( dokter spesialis telinga hidung dan tenggorok ) mendampingi Dr.
Edwell SpOG ( dokter spesialis kebidanan dan kandungan ) menumpang mobil
Dinas Kesehatan Kabupaten Supiori yang langsung dikemudikan oleh
Kadinkes Kabupaten Supiori, dr. Jenggo SKed. Kendaraan yang satu lagi
dikemudikan Dokter PKM Sabarmiokre, Dr. Gerard SKed membawa serta Dr.
Jenny SpKK ( dr spesialis kulit & kelamin ), Dr. Adrina SpA ( dr
spesialis anak ) dan seorang perawat, Ztr. Mangulu.
Ketika tiba di Puskesmas Rawat Inap
Maysram, terlihat aktifitas baksos sudah dimulai karena dokter mata dari
Manado ( Dr. Grace Tenoch SpM, Dr. Decky SpM ) bersama seorang perawat
mata telah melayani pasien-pasien mata. Mereka sudah tiba 2 hari lebih
awal melalui penerbangan Manado-Makassar-Biak. Juga terlihat sedang
membantu melayani pasien umum, adik-adik para dokter PTT yang masih muda
( Dr. Catharina, Dr. Tina dan Drg. Mentari ). Salut buat mereka yang
dengan motivasi tinggi mengabdikan profesi mereka di daerah yang jauh
dari keramaian dan fasilitas memadai seperti yang dirasakan rekan-rekan
mereka yang bertugas di kota.
Setelah makan siang bersama, kegiatan
baksos dimulai lagi dengan membuka poliklinik spesialis untuk Anak,
penyakit Kulit – Kelamin, penyakit Kebidanan-Kandungan dan penyakit THT.
Banyak masyarakat yang hadir karena pelayanan spesialis secara gratis
seperti ini hanya mereka temui satu kali dalam setahun. Biasanya, bila
mereka membutuhkan pelayanan spesialis, mereka harus ke Biak dengan
biaya besar dan di Biak pun dokter spesialis belum lengkap karena belum
ada dokter spesialis Mata, THT, dan Kulit-Kelamin. Perjalanan baksos
Tim kami ini merupakan kali ke-3 setelah sebelumnya kami hadir di bulan
Nopember 2006 dan Oktober 2007 atas undangan Tim penggerak PKK Kabupaten
Supiori. Masyarakat tentunya sangat senang, karena disamping mereka
berkonsultasi, mereka juga mendapatkan pelayanan pengobatan dan bila
perlu menjalani tindakan operasi dengan anestesi lokal secara cuma-cuma.
Masyarakat juga mendapat jatah makan siang yang disiapkan oleh
Pemerintah dalam hal ini Bupati Supiori-Bapak Jules Warikar.
Pelayanan baksos berakhir sampai hari
mulai gelap. Kecuali dokter spesialis mata yang harus menyelesaikan
operasi Katarak sampai tengah malam. Masyarakat diantar kembali ke
kampung mereka menggunakan kendaraan Pemda, terlihat ada 5 buah bus
Pemda berwarna biru muda yang standby menunggu masyarakat yang hendak
pulang. Para dokter, kecuali dokter mata, diantar ke rumah kediaman
Bupati Supiori di Korido – kurang lebih 1 jam perjalanan lagi ke arah
selatan – untuk beristirahat karena besok pagi mereka harus turkam alias
turun ke kampung-kampung diantaranya Sowek ( distrik Kepulauan Aruri ),
Korido ( distrik Supiori Selatan ), Sabarmikore ( distrik Supiori
Barat ).
Disela-sela kegiatan pengobatan massal
kepada masyarakat, juga dilakukan penyuluhan kesehatan terutama masalah
HIV-AIDS yang semakin meningkat kasusnya di tanah tercinta, Papua. Saya sendiri, selaku dokter spesialis THT, memberi penyuluhan kesehatan telinga dan upaya menjaga pendengaran tetap baik terutama bagi anak-anak, remaja dan pemuda sebagai generasi penerus.
Terima kasih atas pengabdian para dokter-dokter Tim Pelayanan Kasih Peduli Papua.
Terima kasih kepada Pemda Kabupaten
Supiori dalam hal ini Dinkes Kabupaten Supiori dan Tim Penggerak PKK,
yang sudah memfasilitasi kehadiran Tim bagi pelayanan pengabdian yang
mulia ini. Suatu bentuk keberpihakan Pemda bagi kesejahteraan
masyarakatnya yang patut diacungi jempol. Karena itu sepatutnya menjadi
contoh bagi kabupaten lain di Papua dan Papua Barat dalam
mengimplementasikan Undang-Undang Otonomi Khusus Papua. Semoga.