Rabu, 10 Desember 2008

PILATUS, SI KECIL ITU MEMBAWA KAMI KE FEF-KABUPATEN SORONG

si-kecil-pilatus 
 Perjalanan kami untuk pelayanan kesehatan ke daerah pedalaman Papua sering dilakukan lewat darat misalnya berjalan kaki, naik mobil yang kecil sampai mobil jenis dump truck; melalui laut misalnya dengan kapal kayu, speedboat atau longboat. Kali ini perjalanan kami ke pedalaman Fef menggunakan pesawat kecil Pilatus milik AMA.
Kalau bepergian dengan pesawat besar mulai dari pesawat jenis Fokker sampai dengan Boeing, rasanya biasa saja. Tetapi bepergiarn dengan pesawat jenis Pilatus ( pesawat  kecil dengan baling-baling depan, berpenumpang 8 orang ) sungguh merupakan perjalanan yang mengasyikkan tetapi sekaligus dapat membangkitkan rasa takut.
Perjalanan ke Distrik Fef ini dilakukan dalam rangka program kunjungan kerja ke Distrik dari Ibu Ketua Tim Penggerak PKK  Kabupaten Sorong, Ny. Nancy Malak. Seperti biasanya, perjalanan ini mengajak Tim kami yang memang memiliki komitmen untuk melayani kesehatan masyarakat di pedalaman Papua dan Papua Barat. Saya sendiri memanfaatkan kegiatan seperti ini untuk penyuluhan kesehatan telinga - pendengaran sekaligus memeriksa dan memberi pengobatan pada kasus-kasus infeksi THT dan gangguan pendengaran

Senin, 08 Desember 2008

BAKTI SOSIAL 4 HARI DI KABUPATEN SUPIORI - PAPUA, 1 - 4 DESEMBER 2008

pelabuhan-korido-supiori-papua 
Udara cukup cerah di pagi hari 1 Desember 2008, ketika kami tiba di Biak. Perjalanan dari Sorong ke Biak cukup melelahkan, karena tidak ada penerbangan langsung dari Sorong ke Biak. Harus singgah dulu dan bermalam untuk semalam di Jayapura karena penerbangan Sorong – Jayapura tidak connect dengan penerbangan Jayapura – Biak. Kami harus terbang ke arah Timur dahulu lalu balik lagi ke arah Barat. Sayang, ya . . Membutuhkan waktu dan biaya yang besar, tetapi karena kerinduan yang dalam untuk melayani saudara-saudara kami di pedalaman maka semua dilakukan dengan senang hati. Dari Biak, kami harus menempuh perjalanan lagi selama kurang lebih 2 jam menuju ke Ibukota Supiori, Sorendoweri. Tim kami mendapat fasilitas 2 buah kendaraan. Saya, Dr. Taba SpTHT ( dokter spesialis telinga hidung dan tenggorok ) mendampingi Dr. Edwell SpOG ( dokter spesialis kebidanan dan kandungan ) menumpang mobil Dinas Kesehatan Kabupaten Supiori yang langsung dikemudikan oleh Kadinkes Kabupaten Supiori, dr. Jenggo SKed. Kendaraan yang satu lagi dikemudikan Dokter PKM Sabarmiokre, Dr. Gerard SKed membawa serta Dr. Jenny SpKK ( dr spesialis kulit & kelamin ), Dr. Adrina SpA ( dr spesialis anak ) dan seorang perawat, Ztr. Mangulu.

Ketika tiba di Puskesmas Rawat Inap Maysram, terlihat aktifitas baksos sudah dimulai karena dokter mata dari Manado ( Dr. Grace Tenoch SpM, Dr. Decky SpM ) bersama seorang perawat mata telah melayani pasien-pasien mata. Mereka sudah tiba 2 hari lebih awal melalui penerbangan Manado-Makassar-Biak. Juga terlihat sedang membantu melayani pasien umum, adik-adik para dokter PTT yang masih muda ( Dr. Catharina, Dr. Tina dan Drg. Mentari ). Salut buat mereka yang dengan motivasi tinggi mengabdikan profesi mereka di daerah yang jauh dari keramaian dan fasilitas memadai seperti yang dirasakan rekan-rekan mereka yang bertugas di kota.
Setelah makan siang bersama, kegiatan baksos dimulai lagi dengan membuka poliklinik spesialis untuk Anak, penyakit Kulit – Kelamin, penyakit Kebidanan-Kandungan dan penyakit THT. Banyak masyarakat yang hadir karena pelayanan spesialis secara gratis seperti ini hanya mereka temui satu kali dalam setahun. Biasanya, bila mereka membutuhkan pelayanan spesialis, mereka harus ke Biak dengan biaya besar dan di Biak pun dokter spesialis belum lengkap karena belum ada dokter spesialis Mata, THT, dan Kulit-Kelamin. Perjalanan baksos Tim kami ini merupakan kali ke-3 setelah sebelumnya kami hadir di bulan Nopember 2006 dan Oktober 2007 atas undangan Tim penggerak PKK Kabupaten Supiori. Masyarakat tentunya sangat senang, karena disamping mereka berkonsultasi, mereka juga mendapatkan pelayanan pengobatan dan bila perlu menjalani tindakan operasi dengan anestesi lokal secara cuma-cuma. Masyarakat juga mendapat jatah makan siang yang disiapkan oleh Pemerintah dalam hal ini Bupati Supiori-Bapak Jules Warikar.
Pelayanan baksos berakhir sampai hari mulai gelap. Kecuali dokter spesialis mata yang harus menyelesaikan operasi Katarak sampai tengah malam. Masyarakat diantar kembali ke kampung mereka menggunakan kendaraan Pemda, terlihat ada 5 buah bus Pemda berwarna biru muda yang standby menunggu masyarakat yang hendak pulang. Para dokter, kecuali dokter mata, diantar ke rumah kediaman Bupati Supiori di Korido – kurang lebih 1 jam perjalanan lagi ke arah selatan – untuk beristirahat karena besok pagi mereka harus turkam alias turun ke kampung-kampung diantaranya Sowek ( distrik Kepulauan Aruri ), Korido ( distrik Supiori Selatan ), Sabarmikore ( distrik Supiori Barat ).
Disela-sela kegiatan pengobatan massal kepada masyarakat, juga dilakukan penyuluhan kesehatan terutama masalah HIV-AIDS yang semakin meningkat kasusnya di tanah tercinta, Papua.  Saya sendiri, selaku dokter spesialis THT, memberi penyuluhan kesehatan telinga dan upaya menjaga pendengaran tetap baik terutama bagi anak-anak, remaja dan pemuda sebagai generasi penerus.
Terima kasih atas pengabdian para dokter-dokter Tim Pelayanan Kasih Peduli Papua.
Terima kasih kepada Pemda Kabupaten Supiori dalam hal ini Dinkes Kabupaten Supiori dan Tim Penggerak PKK, yang sudah memfasilitasi kehadiran Tim bagi pelayanan pengabdian yang mulia ini. Suatu bentuk keberpihakan Pemda bagi kesejahteraan masyarakatnya yang patut diacungi jempol. Karena itu sepatutnya menjadi contoh bagi kabupaten lain di Papua dan Papua Barat dalam mengimplementasikan Undang-Undang Otonomi Khusus Papua. Semoga.

Kamis, 27 November 2008

PERJALANAN BAKTI SOSIAL KESEHATAN DI KAIMANA (2)

Menanti di ruang tunggu keberangkatan pesawat sangat membosankan.  Apalagi ruang itu kotor,  terasa panas karena tidak ada AC dan Fan tidak berfungsi atau belum difungsikan. Nampaknya petugas terlambat masuk kerja. Ditambah lagi polusi asap rokok  karena belum ada areal khusus bagi perokok. Maklum ruang tunggu bandara masih terbatas. Mestinya saya mengetahui pasti perubahan jadwal pesawat yang mendadak harus mengantar penumpang lain lebih dahulu ke Teminabuan. Dalam kemajuan tehnlogi komunikasi saat ini, bisa saja saya menanyakan tentang kepastian jadwal keberangkatan supaya saya tidak perlu terburu-buru ke bandara dan menjadi kurang nyaman menunggu seperti ini. Saya menyesali diri saya sendiri sekaligus memaafkan. Sebelumnya , pada waktu mengambil tiket tidak ada informasi tentang itu, tetapi hanya disampaikan oleh pihak Merpati bahwa pesawat ke Kaimana akan berangkat pada pukul 08.00 sehingga harus melapor paling lambat pukul 06.30.
Saya mengisi kekosongan dengan mengobrol kepada beberapa penumpang yang mau berangkat ke Kaimana. Juga sudah tampak beberapa penumpang yang akan menuju daerah lain seperti ke Babo ( sebuah daerah di Kabupaten Teluk Bintuni yang tidak jauh dari Sorong )  dan  ke kota lain seperti FakFak, Manado, Makassar, Jakarta. Memang Sorong menjadi salah satu pintu gerbang di Papua yang menjadi tempat transit penumpang yang masuk atau meninggalkan Papua.
Salah seorang penumpang dari Manokwari yang akan menuju Kaimana berceritera kalau seharusnya dia  sudah berangkat ke Kaimana dengan pesawat z-air ( nama samaran ), tetapi karena pesawat tsb gagal untuk lepas landas di Bandara Manokwari – tentunya membuat trauma tersendiri – sehingga dia memutuskan untuk berangkat ke Sorong dengan kapal laut milik Pelni dan membeli tiket pesawat lain yang akan ke Kaimana.
Pukul 09.00, pesawat Merpati tujuan Kaimana – dengan rute transit di FakFak –  lepas landas meninggalkan Sorong. Sampai jumpa.

KISAH PERJALANAN KE KAIMANA-PAPUA BARAT

 

 Menanti di ruang tunggu keberangkatan pesawat sangat membosankan.  Apalagi ruang itu kotor,  terasa panas karena tidak ada AC dan Fan tidak berfungsi atau belum difungsikan. Nampaknya petugas terlambat masuk kerja. Ditambah lagi polusi asap rokok  karena belum ada areal khusus bagi perokok. Maklum ruang tunggu bandara masih terbatas. Mestinya saya mengetahui pasti perubahan jadwal pesawat yang mendadak harus mengantar penumpang lain lebih dahulu ke Teminabuan. Dalam kemajuan teknologi komunikasi saat ini, bisa saja saya menanyakan tentang kepastian jadwal keberangkatan supaya saya tidak perlu terburu-buru ke bandara dan menjadi kurang nyaman menunggu seperti ini. Saya menyesali diri saya sendiri sekaligus memaafkan. Sebelumnya , pada waktu mengambil tiket tidak ada informasi tentang itu, tetapi hanya disampaikan oleh pihak Merpati bahwa pesawat ke Kaimana akan berangkat pada pukul 08.00 sehingga harus melapor paling lambat pukul 06.30.
Saya mengisi kekosongan dengan mengobrol kepada beberapa penumpang yang mau berangkat ke Kaimana. Juga sudah tampak beberapa penumpang yang akan menuju daerah lain seperti ke Babo ( sebuah daerah di Kabupaten Teluk Bintuni yang tidak jauh dari Sorong )  dan  ke kota lain seperti FakFak, Manado, Makassar, Jakarta. Memang Sorong menjadi salah satu pintu gerbang di Papua yang menjadi tempat transit penumpang yang masuk atau meninggalkan Papua.
Salah seorang penumpang dari Manokwari yang akan menuju Kaimana berceritera kalau seharusnya dia  sudah berangkat ke Kaimana dengan pesawat z-air ( nama samaran ), tetapi karena pesawat tsb gagal untuk lepas landas di Bandara Manokwari – tentunya membuat trauma tersendiri – sehingga dia memutuskan untuk berangkat ke Sorong dengan kapal laut milik Pelni dan membeli tiket pesawat lain yang akan ke Kaimana.
Pukul 09.00, pesawat Merpati tujuan Kaimana – dengan rute transit di FakFak –  lepas landas meninggalkan Sorong. 
Sampai jumpa.

Selasa, 11 November 2008

PELAYANAN PENGOBATAN CUMA-CUMA DI KAIMANA (1)

penyambutan-tamu-bandara-deo-sorong2Meski masih mengantuk – karena semalam harus menyiapkan pakaian dan perlengkapan untuk keberangkatan ini – pukul 05.30 saya tetap beranjak dari tempat tidur.  Pukul 06.30, dengan  ditemani seorang keponakan, saya bergegas ke Bandara Domine Edward Osok ( DEO ) –  nama  seorang pendeta yang pertama menginjakkan kaki di Sorong - untuk melakukan check in. Pesawat Merpati tujuan Kaimana rencana berangkat jam 08.00. Ini perjalanan saya yang kedua kali ke Kaimana – sebelumnya tahun yang lalu bersama Tim – tetapi perasaan takut menyelimuti karena kalau terlambat melapor maka posisi kita akan diganti oleh penumpang lain. Jauh hari sebelumnya saya sudah memesan tiket untuk perjalanan ini, berhubung penerbangan ke Kaimana hanya 4 x seminggu dan kadang sulit untuk memperoleh tiket bila kebetulan banyak penumpang yang mau berangkat. Seperti pada kali ini, banyak pihak baik dari pemerintah, LSM, para pengusaha merencanakan berangkat ke Kaimana sehubungan dengan kunjungan Menteri Kelautan Bapak Fredy Numberi – seorang putera asli Papua – untuk meresmikan Kawasan Konservasi Laut Daerah ( KKLD ) Kaimana. 

sorong-fakfak-kaimana-dengan-merpati1Penerbangan ke Kaimana hanya dilayani oleh Merpati, Deraya dan Trigana. Penumpang juga banyak karena sebagian penumpang dari Manokwari tujuan Kaimana sementara menunggu di Sorong sebab sehari sebelumnya ada pesawat ( sebut saja Z air – nama samaran ) dari Manokwari tujuan Kaimana gagal untuk lepas landas di Bandara Manokwari – tentunya membuat trauma sebagian penumpangnya – sehingga mereka mengambil alternatif  lain ke Kaimana melalui Sorong.
Jam 07.30 , pesawat Merpati yang akan terbang ke Kaimana ternyata harus melayani dulu penerbangan ke Teminabuan – ibukota Kab Sorong Selatan – sehingga kami harus menunggu lagi. Penerbangan Sorong ke Teminabuan pp kurang lebih 60 menit. Menurut informasi, penerbangan ke Kaimana delay sampai jam 09.00 setelah pesawat tersebut balik kembali dari Teminabuan. ( Sebagai tambahan informasi , alternatif  lain bila anda ingin bepergian dari Sorong ke Kaimana adalah dengan menggunakan transportasi laut berhubung belum adanya ruas jalan yang menghubungkan Sorong – Kaimana.. Memang sarana transportasi  masih merupakan kendala di daerah Papua umumnya . Siapa tahu anda berminat untuk membuka usaha bidang trasportasi di Papua.  He . . he . . )

Jumat, 31 Oktober 2008

OPERASI KATARAK GRATIS DI SORONG

Sebagai pendiri Yayasan Kasih Immanuel Sorong (YKIS) - bergerak di bidang kesehatan dan pendidikan- saya mengamati bahwa jumlah kasus baru katarak melebihi jumlah kasus yang mampu dioperasi oleh dokter di Sorong. Kabupaten Sorong hanya memiliki 1 orang dokter spesialis mata yang melayani kota dan kabupaten Sorong. Disamping itu, para penderita katarak di Sorong yang memiliki Kartu Askes / Jamkesmas ternyata juga harus menyisihkan dana jutaan untuk dilakukan operasi katarak mata.
Siapa yang peduli ?
Karena itu, atas saran dr. Grace Tenoch SpM, saya membentuk Panitia Bakti Sosial Operasi Katarak yang dimotori oleh Yayasan Kasih Immanuel Sorong, selanjutnya menghubungi Perdami Jawa Barat selaku pelaksanan operasi dan Pertamina selaku sponsor. Alhasil, operasi katarak secara gratis dapat dilaksanakan dengan mengoperasi sebanyak  134 mata dari para pasien yang tidak mampu. Terima kasih atas dukungan Pemerintah Kota Sorong, Perdami Jawa Barat, Pertamina, Yayasan Kasih Immanuel Sorong dan RSU Sele Be Solu sebagai tempat pelaksanaan operasi tersebut.

Senin, 26 Mei 2008

DI KAMPUNG CENGKEH ITU, KAMI DISERANG SEORANG OKNUM WARGA

Kadang-kadang keinginan yang baik dan tulus untuk memberi pelayanan kasih berupa pemeriksaan dan pengobatan cuma-cuma bagi warga masyarakat, tidak diterima oleh warga masyarakat yang dikunjungi. Ini pengalaman pahit yang dialami oleh tim kami, Tim Pelayanan Kasih Peduli Papua - sebuah tim pelayanan interdenominasi gereja - sewaktu mengunjungi kelompok warga masyarakat di Kampung Nanas, Kotamadya Sorong.

Tim kami yang datang melayani saat itu berjumlah 15 orang. Kami membawa 3 buah mobil termasuk mobil dinas yang saya kendarai sendiri. Kurang lebih 20 menit kami tiba di lokasi tempat pelayanan. Kampung Nanas berada di pinggiran kota Sorong, hanya saja terletak  di dataran yang lebih rendah, di belakang sebuah bukit sehingga terasa jauh dengan jalan yang menurun dan sebagian jalan masih berupa jalan tanah yang digenangi air  hujan yang turun pagi hari. Sebagian besar masyarakat - mungkin saja - belum pernah ke kota, karena transportasi umum menuju kota belum ada.

Ketika kami tiba untuk memulai pelayanan  sekitar jam 10 pagi, kami menangkap kesan bahwa warga masyarakat belum siap menerima pelayanan kesehatan. Kemungkinan besar, warga masyarakat belum tahu maksud kedatangan kami untuk memberi pelayanan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan secara cuma-cuma. Terbukti,  aparat kampung baru berjalan menghubungi warganya dan lokasi pelayanan belum disiapkan. Seorang warga menawarkan rumahnya untuk jadi tempat pelayanan. Kami memutuskan, pelayanan dilakukan di halaman rumah warga tersebut kecuali untuk pemeriksaan kandungan dan penyakit dalam dilaksanakan di dalam rumah. Sebagian laki-laki dewasa mengangkat kursi dan meja dari rumah warga lain dan kami ikut membantu mengatur letak meja dan kursi untuk pemeriksaan dokter, meja untuk meletakkan obat, meja untuk konseling, termasuk memasang tenda warna biru yang kami bawa untuk tempat bernaung dari panas matahari. Warga masyarakat mulai berdatangan setelah mengetahui ada kegiatan pelayanan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan secara cuma-cuma. Waktu itu tim kami membawa 5 orang dokter spesialis ( Dokter Spesialis Kandungan, Penyakit Anak, Penyakit Dalam, Penyakit Kulit-Kelamin, dan Penyakit THT ), dokter umum dan dokter gigi masing-masing 1 orang, ditambah perawat dan tim konseling - doa. Ada juga anak-anak kami yang turut serta dengan maksud mengajarkan kepada mereka supaya peduli kepada orang lain, terutama yang sangat membutuhkan.

Seperti biasa kegiatan diawali dengan lagu pujian dan doa, kemudian sambutan singkat dari aparat kampung,  sambutan dari ketua tim pelayanan yang sekaligus memperkenalkan anggotanya dan menjelaskan tata cara pelayanan agar dapat berjalan dengan lancar.  Pada kesempatan seperti ini, penyuluhan kesehatan juga sangat penting dilakukan sebelum pemeriksaan dan pengobatan dimulai.
Ketika pelayanan baru berlangsung sekitar 15 menit, tiba-tiba ada seorang warga yang datang dengan menghunus sebilah clurit - seperti yang biasa dipakai untuk memotong rumput. Kami berhamburan masuk ke dalam rumah, warga masyarakat yang datang berobat juga berhamburan - sebagian masuk ke dalam rumah dan sebagian lagi lari ke jalan - untuk menyelamatkan diri. Warga yang mengamuk itu - mungkin saja sedang dalam keadaan mabuk - merubuhkan tiang-tiang tenda, merobek tenda dengan clurit yang dipegangnya, sambil mengancam untuk melukai. Kami yang berlari masuk rumah, mengunci pintu dan mengintip dari jendela. Saya berjaga-jaga di balik pintu dengan sepotong kayu, sebagian berjaga di balik jendela, bersiaga kalau oknum warga itu masuk menyerang ke dalam rumah, terpaksa kami melawan untuk melindungi diri. Saya berusaha menghubungi kawan saya - seorang tokoh masyarakat Papua yang juga anggota DPRD Kabupaten Sorong - agar menghubungi polisi untuk menangkap penyerang tersebut.
Dari pinggir jalan, ibu-ibu yang datang mengantarkan anak mereka untuk berobat, meneriaki oknum tersebut dan menyadarkan dia untuk tidak meneruskan penyerangannya. Warga masyarakat yang laki-laki dewasa tampak diam saja, tidak berupaya menahan penyerang itu karena mungkin mereka  juga takut berhadapan dengan clurit.
Entah karena sadar ataukah takut untuk menyerang ke dalam rumah, penyerang itu berbalik ke jalan dan merusak mobil yang diparkir. Dari balik jendela, saya melihat mobil saya yang paling banyak kena sabetan clurit karena berada dekat dengan jalan keluar dari halaman rumah itu. Mobil lain hanya mendapat satu kali sabetan clurit, sedangkan mobil saya 3 sabetan clurit. 2 sabetan di bagian belakang dan 1 sabetan di bagian pinggiran atap mobil.

Puji syukur kepada Tuhan, sekitar 30 menit - waktu yang cukup lama menunggu dalam ancaman diliputi ketakutan -  beberapa anggota Kepolisian Sektor Kampung Baru datang menangkap oknum warga tersebut dan membawanya ke kantor polisi.

Kami melanjutkan pelayanan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan secara cuma-cuma kepada warga masyarakat sampai  sekitar jam 15.00. Sebagai dokter spesialis THT, saya memeriksa pasien yang mengalami gangguan atau penyakit pada telinga, hidung dan tenggorok. Ternyata di kampung ini, banyak anak - anak yang menderita infeksi rongga telinga tengah yang oleh masyarakat setempat sering disebut Telinga Nanah - atau dikenal sebagai Congek - yang biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas dan diperperat oleh gizi yang kurang. Jadi seandainya kami tidak datang melayani masyarakat di Kampung Nanas ini, bisa saja warga masyarakat terutama anak-anak menjadi tambah parah penyakitnya karena tenaga kesehatan terutama dokter spesialis masih sangat kurang.

Kalau ditanya, apakah setelah kejadian penyerangan oleh oknum warga seperti diceritakan di atas, akan membuat tim kami menjadi kapok untuk memberikan pelayanan kasih secara cuma-cuma kepada warga masyarakat pada kesempatan lain, tentu jawabannya tidak. Kami sangat memaklumi situasi dan kondisi warga masyarakat di Papua. Kami harus membantu dan menopang mereka dalam berbagai sisi kehidupan, tetapi juga tidak mengabaikan keselamatan diri kami. Ini pengalaman berharga.

Ketika anggota Kepolisian Sektor Kampung Baru menelpon saya dan menanyakan, apakah oknum warga penyerang tadi harus membayar biaya perbaikan kerusakan mobil.? Saya jawab, tidak.
Saya hampir pastikan bahwa dia tidak punya biaya untuk itu. Saya mengampuninya. Tetapi dia harus menjalani hukuman sesuai hukum yang berlaku.

Sampai sekarang saya belum memperbaiki kerusakan mobil itu, untuk disimpan sebagai kenangan.