Kamis, 05 Maret 2015

WASPADA, PEMUTAR MUSIK PRIBADI (PERSONAL MUSIC PLAYER) BISA MERUSAK PENDENGARAN.

“LEBIH DARI 10 % PEMUDA BERESIKO KEHILANGAN PENDENGARAN PERMANEN” 

Gambar oleh dr. Yan Edwin Bunde, SpTHT-KL, Bandung
“Sejujurnya, kami ingin mengedukasi anak-anak remaja dan pemuda, karena masa hidup mereka lebih lama dari dari orang dewasa, dan akibat gangguan pendengaran bisa lebih lama mereka alami. Gangguan pendengaran yang terjadi akan mereka rasakan baik di sekolah, tempat kerja atau relasi sosial dengan sesama.”
Di bawah sorotan tema “ Make Listening Safe “, Dalam peringatan International Ear Care Day dan Hari Kesehatan Telinga dan Pendengaran Nasional tanggal 3 Maret 2015, WHO menekankan perhatian pada masalah yang timbul dari Tuli Akibat Bising Sarana Hiburan. 

Jutaan anak remaja dan dewasa muda berada pada resiko timbulnya kehilangan pendengaran karena penggunaan yang tidak aman dari Pemutar Musik Pribadi (Personal Music Player) seperti iPod, smartphone atau MP3 player. Kemampuan mendengar seseorang tentu sangat berharga, yang memiliki pengaruh pada perkembangan di bidang pendidikan, profesi dan sosialnya. 

Tahun ini tema peringatan International Ear Care Day, mendorong para individu, orang tua, guru, dokter, pimpinan perusahaan, pengelola pabrik dan pemerintah untuk ‘make listening safe‘ (buat mendengar aman ), dan mengingatkan semua kita bahwa sekali pendengaran hilang, maka tidak akan pulih kembali. 

Menurut para ilmuwan dari Komisi Eropa yang memeriksa pengguna Alat Pemutar Audio Pribadi (APAP), sebanyak 1 dari 10 pengguna PMP beresiko mengalami kehilangan pendengaran permanen bila mereka mendengar melalui PMP dengan level suara tinggi lebih dari 1 jam sehari selama 5 tahun. Paparan suara diatas 85 dB dalam waktu lama merupakan tingkat kritis untuk kehilangan pendengaran. 

Komisi Eropa mengharuskan pelindung telinga disediakan bila terdapat paparan yang lama terhadap suara 80 dB di tempat kerja. Paparan suara 140 dB selama 2 menit di klab malam adalah ekivalen dengan paparan suara pada 80 dB selama 8 jam. Mendengar melalui PMP pada 95 dB, diukur pd telinga, selama 15 menit sehari ekivalen dengan paparan suara 80 dB selama 8 jam. 

BAGAIMANA GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT BISING TERJADI?
Gangguan Pendengaran Akibat Bising (Noise Induced Hearing Loss) terjadi secara perlahan dan sering tidak ketahuan sampai mencapai suatu tingkat tertentu dimana seseorang baru sadar bahwa dia mengalami gangguan pendengaran. Itu karena kerusakan sel rambut luar dari rumah siput yang terdapat di telinga dalam. Sel rambut luar memperbesar suara level rendah yg masuk ke rumah siput. Kerusakan sel rambut luar dan hubungannya dengan kehilangan pendengaran (tuli) bersifat permanen. Perkiraan sekarang, Gangguan Pendengaran Akibat Bising mempengaruhi 10-15 juta orang di US. Faktor lain dapat memudahkan terjadinya Gangguan Pendengaran Akibat Bising. Kerentanan sel rambut luar tergantung pada sejumlah factor seperti genetika, gender, umur, dan hipertensi. Krn itu ada banyak variasi tiap individu terhadap resiko kehilangan pendengaran. Merokok juga merupakan factor resiko Gangguan Pendengaran Akibat Bising. Beberapa obat, seperti Cis-platinum yang digunakan dalam kemoterapi kanker juga dapat merusak pendengaran. Beberapa golongan obat-obatan juga memiliki implikasi kerusakan pendengaran seperti antibiotik tertentu. Dengan meningkatnya penggunaan iPod dan MP3 player lainnya, semakin lama anak-anak dan remaja menjadikan pendengarannya beresiko. Sebelum MP3 player diperkenalkan, kehilangan pendengaran pada anak-anak diperkirakan sekitar 12,5 %. Tetapi, banyak penelitian terakhir memperkirakan 16 % dari remaja atau sekitar 6 juta anak menderita Gangguan Pendengaran Akibat Bising (GPAB) yang permanen. (Cornelia Kean, 2010). Disepakati bahwa dokter-dokter spesialis THT tidak hanya perlu melakukan penapisan (skrining) gangguan pendengaran pada anak-anak dan remaja, tetapi juga melakukan edukasi kepada mereka tentang penyebab Gangguan Pendengaran Akibat Bising. 


APAKAH POKOK MASALAH TERJADINYA GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT BISING.?
Pokok masalah GPAB adalah kurangnya kesadaran di kalangan anak remaja bahwa kebiasaan mereka mendengar musik bisa mempunyai konsekuensi menakutkan. Dr Eavey dkk melakukan survey berbasis Web (melalui Music Television’s Web site – MTV.com) pada tahun 2002 dan mengulang kembali survey 5 tahun kemudian untuk melihat apakah sikap remaja terhadap musik keras telah berubah. Survei pertama, mendapatkan hanya 8 % dari responden yang merasakan gangguan pendengaran yang berhubungan dengan mendengar musik keras sebagai ‘problem sangat besar,’ Anak-anak remaja menilai isu kesehatan lainnya sebagai problem lebih besar daripada gangguan pendengaran, seperti penyakit menular seksual 50 %, pemakaian obat-obatan / alcohol 47%, depresi 44 %, masalah nutrisi dan kehilangan berat badan 31 & dan masalah jerawat 18 %. (Pediatrics. 2005;115(4):861-867). Survei pertama mengemuka, seperti yang dikatakan Dr. Eavey kepada ENT Today, karena banyak responden berkata bahwa mereka mengalami tinnitus (telinga berbunyi) atau gangguan pendengaran setelah menghadiri suatu konser musik (61%) atau pergi ke klab musik (43 %). Pada waktu survey, hanya 14 % menggunakan earplugs (sumbat telinga). Ketika ditanyakan apakah mereka mempertimbangkan pemakaian alat proteksi telinga apabila mereka sadar akan bahaya kehilangan pendengaran secara permanen, 66 % responden mengatakan ya, sementara 59 % responden mengatakan akan memakai proteksi telinga jika disarankan oleh profesi medis. 


MP3 PLAYER
Survei terhadap efek MP3 player, secara khusus yang menggunakan ‘ear buds’ (earphones yang mengantar bunyi musik langsung masuk liang telinga), Dr. Eavey dkk menambahkan pertanyaan tentang pemutar musik pribadi pada survey MTV tahun 2007. Saat itu peneliti menerima 2500 responden. Dr. Eavey dkk melaporkan bahwa 32 % responden mempertimbangkan Gangguan Pendengaran sebagai masalah dibandingkan dengan isu kesehatan lainnya seperti pemakaian obat terlarang/alkohol. (J Pediatr.2009;155(4):550-555) 


Para peneliti menemukan 75 % responden memiliki sendiri MP3 player, dan 24 % mendengar musik lebih dari 15 jam seminggu. Para peneliti juga melakukan survey seberapa keras responden memutar MP3 player mereka ; 45 % responden menunjukkan bahwa mereka mendengar 75-100 % dari kapasitas volume MP3 player mereka. Para peneliti mengetahui bahwa hanya boleh 1 jam saja mendengar MP3 player pada volume maksimal 70 % (untuk mencapai dosis bising maksimal yang diizinkan oleh peraturan pemerintah bagi ambang batas suara di tempat kerja), tetapi bagi anak-anak ini, tidak ada orang yang menyampaikan kepada mereka untuk mengurangi suara atau mematikan MP3 player mereka. 

Catatan Dr. Bothwell mengungkapkan bahwa 89 % responden menulis bahwa suara sekitarnya keras – contohnya suara lalu lintas jalan raya atau kereta api bawah tanah – sehingga mereka akan mengeraskan volume musik. Untuk mendengar iPod lebih keras dari suara bising sekitar, mereka akhirnya mengeraskan suara dengan menambah volume kira-kira 10 dB lebih, sehingga menjadi 100 dB. Mendekati kerasnya konser musik rock. 

Survei tahun 2007 juga menemukan bahwa hampir separuh dari responden mengalami beberapa gangguan telinga. Kebanyakan mengalami tinitus (telinga berdenging) 70 %, gangguan pendengaran (40 %), dan nyeri telinga (34 %) setelah terpapar musik keras. Tetapi walau mengalami gejala gangguan pendengaran, hanya 15 % menggunakan earplugs (sumbat telinga) ketika menghadiri konser musik atau pergi ke klab. Berita baiknya, bahwa sekali mereka dibuat sadar akan bahaya suara musik keras dan memainkan MP3 player terlalu keras, 35 % responden menyatakan kesediaan menerima proteksi telinga – baik earplugs maupun earphone yang memiliki fitur kemampuan ‘ noise canceling ‘ (menghapus bising) 

Penelitian di Belanda tahun 2009 yang dilakukan oleh Ineke Vogel PhD, peneliti postdoctoral pada Department of Public Health at Erasmus Medical Center di Rotterdam, mencatat bahwa anak remaja sering meremehkan diri mereka sendiri mereka (Pediatrics. 2009;123(6):e953-e958). Peneliti menemukan bahwa mereka yang sering menggunakan MP3 player ternyata 4 kali lebih suka mendengar musik volume tinggi dibandingkan dengan mereka yang jarang menggunakan MP3 player. Penjelasan yang masuk akal bahwa sifat meremehkan inilah yang menyebabkan gangguan pendengarannya secara perlahan-lahan terus berkembang. Tambahan lagi, penelitian Dr. Vogel menemukan bahwa anak-anak remaja tidak mengerti bagaimana menentukan apakah volume suara perangkat musik mereka terlalu keras. 

EDUKASI SANGAT PERLU.
Menurut Dr. Bothwell. “ Kita harus menanyakan kepada remaja, pemuda/pemudi tentang kebiasaan mendengar mereka : Apakah anda mendengar musik melalui iPod atau MP3 player? Apakah anda sadar bahwa mendengar melalui iPod atau MP3 player pada volume tinggi bisa menyebabkan kehilangan pendengaran yang permanen ? Kita memiliki tanggung jawab itu.” Dr. Eavey dan Dr. Bothwell mengatakan bahwa jalan terbaik untuk menjangkau anak remaja adalah melalui kampanye sadar bising. 


Disamping usaha edukasi ini, Dr. Bothwell menekankan bahwa dokter tidak boleh hanya mempercayakan pada pabrik-pabrik yang memproduksi atau anggota dewan yang menetapkan peraturan. “Kita memiliki hubungan yang unik dengan anak-anak—mereka mempercayai kita. Kita mempunyai tanggung jawab untuk memberi edukasi kepada mereka bahwa bila mereka mendengar musik pada kekerasan 100 dB selama 3 jam sehari maka mereka akan kehilangan pendengaran mereka secara permanen,” kata Dr. Bothwell. Sejujurnya, kami ingin menjangkau anak-anak remaja dan pemuda, karena masa hidup mereka lebih lama dari dari orang dewasa, dan akibat gangguan pendengaran bisa lebih lama mereka alami. Gangguan pendengaran yang terjadi akan mereka rasakan baik di sekolah, tempat kerja atau relasi sosial dengan sesama.
 

Apple menempatkan fitur kontrol pada beberapa model iPod, memungkinkan orang tua dan pengawas remaja untuk mengatur volume maksimal pada perangkat iPod. Apple juga memasukkan informasi Gangguan Pendengaran Akibat Bising (Noise Induced Hearing Loss) pada Web site (www.apple.com/sound) mereka. 

Di Perancis, legislator (pembuat undang-undang) telah menetapkan volume maksimal 100 dB pada semua MP3 player yang dijual di seluruh Perancis, dan klab/diskotik diwajibkan menjual earplugs (sumbat telinga sebagai pelindung). 

Dr. Eavey setuju bahwa sekali anak-anak sadar akan bahaya bising, mereka akan merubah perilaku mereka – itu akan menjadi suatu kebiasaan seperti halnya pemakaian sabuk pengaman, pemakaian sunblock (pelindung matahari) dan sebagainya. 

TIPS PENGGUNAAN ALAT PEMUTAR MUSIK PRIBADI ( iPOD, SMARTPHONE, MP3 PLAYER).

Atur volume di tempat sepi, atur volume agar masih dapat mendengar percakapan orang. Volume suara PMP yang ideal : 60% volume maksimum untuk penggunaan total 60 menit per hari, pilih pemutar rekaman yang dilengkapi pembatas bising (noise limiter), manfaatkan software khusus ( iPOD edisi 2006 keatas ) untuk mengunci ( lock option) volume maksimum, dan gunakan earphone dgn fasilitas noise canceling atau sound isolation. 

Aliansi Pendengaran Amerika (Hearing Alliance of America), menganjurkan, · Jangan mendengar musik dengan kebisingan tinggi · Atur alat Pemutar Musik Pribadi (PMP) anda hanya ¾ dari volume maksimum · Batasi jumlah waktu untuk mendengar PMP anda setiap hari.· 

Jika anda mendengar melalui PMP pada daerah yang bising, pertimbangkan untuk menggunakan earphone/headphone yang memiliki fungsi isolasi bising atau noise cancelling. Dengan cara ini, anda tidak perlu mengeraskan volume di atas level bising sekitar anda. 

MAKE LISTENING SAFE,