Pagi itu udara sangat cerah. Seperti biasanya, aku menikmati udara segar di pagi hari sambil berjalan berkeliling menyusuri jalan di sekitar rumahku. Beberapa anak – yang merupakan anak asuhku – masih bermalasan di depan rumah mereka, tetapi begitu sigap menyapa selamat pagi. Hal yang menjadi kebiasaan anak Papua untuk menyampaikan kata salam – setidaknya begitu menurutku- bila bertemu dengan seseorang di jalan. Sebagian besar anak – anak itu belum mandi. Mungkin karena hari libur sekolah sehingga mereka merasa tidak perlu bergegas untuk mandi pagi. Nampaknya mereka lesu. Entah karena feeling saja atau ada bisikan hati, aku menawarkan kepada mereka untuk menikmati sarapan pagi nasi kuning di rumahku. Tapi ada satu syarat yaitu mereka harus mandi pagi dahulu supaya sehat dan segar. Dasar anak-anak, mereka kemudian menerima tawaranku dengan bergegas berlari ke rumah masing-masing untuk mandi pagi.
Aku terus menikmati udara pagi seraya berjalan ke warung nasi kuning langgananku, untuk memenuhi janjiku kepada anak-anak tadi. Aku membeli 16 bungkus nasi kuning, 1 bungkus untukku dan 15 bungkus untuk anak-anak itu. Semoga aku tidak salah ingat jumlah mereka karena aku sering mengumpulkan mereka di pondok belakang rumahku untuk melatih mereka bernyanyi. Dan menjadi kebanggaanku pada anak-anak ini, mereka sudah seringkali diundang ke berbagai tempat untuk menyumbangkan suara merdu khas anak-anak.
Pagi itu membawa kebahagiaan tersendiri bagiku, karena sudah berbagi kebahagiaan kepada anak-anak sekitarku yang telah menjadi anak-anak asuhku. Mungkin mereka memerlukan sarapan pagi senikmat sarapan pagiku di hari itu.